Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk
Dalam Program Acara Mata Najwa “Gus Mus Dan Negeri Teka-Teki Segmen Pertama” Di
Trans7
Oleh
Widya
Hapsari Nur Safitri (13010116120002)
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Inti
Sari
wacana dan analisis wacana memiliki
peranan yang penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Berbagai ranah untuk
menganalisis wacana kritis, salah satunya media massa yang kehadirannya tidak
lagi dapat dipisahkan dengan masyarakat adalah televisi. Dalam pembahasan kali
ini, penelitian ini menggunakan teori dari Van Dijk, yang inti sari dari analisis Teori Van Dijk adalah menggabungkan
ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Jenis
metode observasi yang digunakan adalah metode observasi nonpartisipasi. Pada dimensi teks yang diteliti bagaimana
struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema
tertentu. Program acara Talk Show yang berjudul Mata Najwa,
dilihat berbabagi macam kemasan wacana. Acara dari Mata Najwa mengundang K. H
Mustofa Bisri yang memberikan pandangannya terhadap negara Indonesia yang
akhir-akhir ini mengalami krisis HAM hingga pemimpin yang arif untuk Indonesia
dengan tema Gus Mus dan Negeri teka-Teki.
PENDAHULUAN
Saat
ini istilah wacana banyak bermunculan dan digunakan dalam berbagai aspek.
Wacana sendiri merupakan bagian dari unsur kebahasaan yang relatif paling
kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung dari wacana sendiri meliputi
fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf hingga karangan utuh.
Namun, wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat
pragmatis. Apalagi pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan
berbagai alat (piranti) yang cukup banyak. Oleh karena itu, kajian tentang
wacana menjadi “wajib” ada dalam proses pembelajaran bahasa. Tujuannya, tidak
lain, untuk membekali pemakai bahasa agar dapat memahami dan memakai bahasa
dengan baik dan benar. Dengan memahami tindakan manusia yang dilakukan dengan
bahasa (verbal) dan bukan bahasa (nonverbal).
Dewasa ini wacana dan analisis wacana memiliki peranan
yang penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Wacana sendiri merupakan wujud
komunikasi verbal. Dari segi bentuk, wacana dibagi menjadi dua, yakni wacana
lisan dan wacana tulis. Wacana lisan merupakan wujud komunikasi lisan yang
melibatkan penutur dan lawan tutur, sedangkan wacana tulis merupakan wujud
komunikasi tulis yang melibatkan penulis dan pembaca. Aktivitas penutur
(pembicara/penulis) bersifat produktif, ekspresif, kreatif, sedangkan aktivitas
lawan tutur (pendengar/ pembaca) bersifat reseptif (Sudaryat, 2009:106). Wacana
dapat dikemas dengan berbagai maksud oleh penutur kepada lawan tutur. Penutur
baik lisan maupun tulisan memiliki keleluasaan menyampaikan berbagai macam
bentuk opini, pendapat, ataupun pikiran lewat wacana. Sebagai objek kajian dan
penelitian kebahasaan, wacana dapat ditelusuri dari berbagai segi. Misalnya,
dalam dunia pertelevisian yang menjadi salah satu media untuk sarana komunikasi
sekaligus pusat informasi bagi masyarakat.
Permainan olah wacana sering ditargetkan untuk
dikonsumsi oleh orang banyak. Oleh karena itu media massa merupakan sarana yang
paling efektif untuk menyampaikan informasi yang dikemas dalam bentuk wacana ke
hadapan publik, baik oleh individu, kelompok, maupun instansi pemerintah. Salah
satu media massa yang kehadirannya tidak lagi dapat dipisahkan dengan
masyarakat adalah televisi. Televisi yang sifatnya audio visual menawarkan
kesempurnaan kepada masyarakat untuk memuaskan hasrat masyarakat dalam mendapat
berbagai hiburan dan informasi. Televisi beserta dengan program-program yang
ditawarkan merupakan tempat yang strategis bagi berbagai kelompok sosial dan
politik untuk tampil dengan olahan bahasa yang mereka kembangkan sendiri.
Kemungkinan sangat terbuka bagi kelompokkelompok tertentu dalam menampilkan
definisi situasi, atau definisi realitas, versi mereka.
Dalam pembahasan kali ini, penelitian ini menggunakan
teori dari Van Dijk, yang inti sari dari analisis Teori Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana
tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Pada dimensi teks yang diteliti
bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu
tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks
berita, yang melibatkan kognisi individu dari wartawan atau redaktur. Sedangkan
aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan
suatu masalah yang mempengaruhi kognisi wartawan atau redaktur.
Dalam observasi awal yang telah dilakukan pada salah
satu program televisi dari stasiun televisi swasta yaitu Trans7, dengan program
acara Talk Show yang berjudul Mata Najwa, dilihat berbabagi macam kemasan
wacana. Program acara Mata Najwa ini merupakan salah satu program yang memiliki
rating baik di Indonesia. Program Mata Najwa membahas tentang strategi, program
prioritas, membahas perkembangan isu selama kampenye, dan tentu saja dilakukan
secara terbuka. Program talk show ini
memperbincangkan juga tentang masalah-masalah yang muncul selama kampanye dan
pemilihan. Hal ini tentu saja memunculkan berbagai wacana yang secara langsung
keluar dari tuturan sebagai tamu dari Mata Najwa yaitu K. H Mustofa Bisri yang
memberikan pandangannya terhadap negara Indonesia yang akhir-akhir ini
mengalami krisis HAM hingga pemimpin yang arif untuk Indonesia dengan tema Gus
Mus dan Negeri teka-Teki. Berdasarkan analisis awal bentukan wacana, pemaknaan
wacana, serta susunan wacana yang muncul dalam program acara Mata Najwa ini
terdapat beberapa hal yang perlu dikaji. Kajian ini secara umum disebabkan
karena adanya tuturan yang bermakna ganda, tidak lugas, serta kemasan atau
susunan wacana yang kurang pas. Dalam paradigma kritis, pengunaan bahasa dalam
media bersifat sengaja dan memiliki tujuan tertentu. Melihat hal ini, peneliti
tertarik melihat wacana yang dibangun dalam episode tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat
dirumuskan tiga permasalahan. Bagaimanakah analisis struktur mikro, analisis
super struktur, dan analisis struktur makro Van Dijk dalam program acara Mata
Najwa episode Gus Mus dan Negeri Teka-Teki? Berdasarkan uraian rumusan masalah
di atas dapat dirumuskan tiga bentuk tujuan. Mendeskripsikan analisis struktur
mikro, super struktur, dan struktur makro dalam program acara Mata Najwa
episode Gus Mus dan Negeri Teka-Teki.
METODE
PENELITIAN
Dalam
tulisan ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan sebuah penelitian untuk mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan menurut keadaan
pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2006: 54). Jadi, tujuan penelitian
deskriptif adalah membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Rancangan
deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif,
sistematis, dan cermat mengenai fakta-fakta akual dari sifat
populasi.Kekualitatifan penelitian ini berkaitan dengan data penelitian yang
tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kualitas bentuk verbal yang berwujud
tuturan.
Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat
variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian (Suandi, 2008:31).
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah program acara Mata Najwa
Trans7. Secara umum objek penelitian ini adalah wacana yang muncul dalam
program acara Mata Najwa di Trans7. Jenis metode observasi yang digunakan
adalah metode observasi nonpartisipasi. Metode observasi nonpartisipan
merupakan metode yang peneliti pilih dalam melakukan penelitian ini. Peneliti
hanya menjadi pengamat dan tidak terlibat langsung dalam proses program acara
yang diobservasi. Namun, peneliti melakukan observasi dengan menggunakan
YouTube sebagai sarana menonton objek kajian.
Metode ini berfungsi untuk memperjelas setiap teori
ilmiah tentang studi kasus yang diambil dengan cara mencari dan mempelajari
berbagi jenis referensi bacaan baik itu buku, jurnal, monografi, dan
sebagainya. Dalam hal ini studi kepustakaan untuk menemukan berbagai referensi
terkait analisis wacana. Metode ini juga digunakan untuk menggali
penelitian-penelitian sejenis yang peneliti jadikan tinjauan pustaka. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan prosedur analisis data kualitatif
berdasarkan model interaktif Milles (1992:16) yang telah dikenal secara umum
dalam ranah penelitian. Secara umum analisis data dengan menggunakan model tersebut
mencakup tiga tahap, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3)
verifikasi atau penarikan simpulan.Ketiga tahapan tersebut saling berinteraksi,
berawal dari pengumpulan data dan berakhir pada selesainya penulisan laporan
penelitian. Semua tahap tersebut memiliki keterkaitan proses antara satu dengan
yang lainnya.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Inti dari analisis
Teori Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam
satu kesatuan analisis. Pada dimensi teks yang diteliti bagaimana struktur teks
dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada
level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita, yang melibatkan
kognisi individu dari wartawan atau redaktur. Sedangkan aspek ketiga
mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah
yang mempengaruhi kognisi wartawan atau redaktur. Van
Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan.
Yaitu struktur makro, super struktur dan struktur mikro.
1.
Struktur Makro (Tematik).
Elemen tematik merupakan makna global (global meaning) dari satu
wacana. Tema merupakan gambaran umum mengenai pendapat atau gagasan yang
disampaikan seseorang atau wartawan. Tema menunjukkan konsep dominan,
sentral, dan hal yang utama dari isi suatu berita.
Analisis, dalam episode kali ini yang mengusung
tema “Gus Mus dan Negeri Teka-Teki”. Topik yang diusung dalam tema ini yaitu
tentang negeri teka-teki hingga dalam babak pertama, yang akan dianalisis yaitu
berkenaan dengan HAM yang dengan ini sekaligus Gus Mus mendapatkan award Yap
Thian Hien. Diawali dengan puisinya yang berjudul “Negeri Teka-Teki” lalu
membahas tentang Negara ini yang penuh teka-teki akan kepemimpinannya serta
membahas HAM dengan menjunjung tinggi kewajiban serta haknya.
2.
Superstruktur (Skematik/
Alur):Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan
sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks
disusun dan diurutkan sehingga membentuk satu kesatuan arti. Sebuah berita
terdiri dari dua skema besar. Pertama summary yang ditandai dengan judul
dan lead. Kemudian kedua adalah story yakni isi berita secara
keseluruhan.
Analisis
superstruktur, wacana yang meliputi alur. Super struktur dalam penelitian ini
akan menganalisis terkait pendahuluan, isi, penutup dan simpulan dalam wacana
dari keseluruhan segmen. Dalam program acara “Mata Najwa” terdapat tujuh
segmen. Najwa sebagai host selalu membuka acaranya dengan rangkain kalimat yang
memiliki rima teratur. Hal ini memberikan kesan “pemanis” sebagai dalam suasana
panas yang akan tercipta dalam bagian inti acara. Dan kali ini meneliti segmen
yang pertama yang menggunakan pemanis berupa:
“Selamat
malam, selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab selaku tuan rumah Mata
Najwa. Selalu menggetarkan belajar
pada yang ahli, apalagi jika mereka juga rendah hati Gus Mus bukan sekadar
ulama yang mumpuni, ia juga budayawan yang memikat tanpa henti Fasih bicara
berbagai macam dalil-dalil mahir berkarya dalam aneka seni mutakhir. Kampiun
mengkritik dengan teduh tanpa kebencian, dihargai karena membela warga yang
dikalahkan. Kepada Gus Mus kita bisa belajar bersama tentang menjadi Islam
sekaligus Indonesia. Inilah, Mata Najwa Gus Mus dan Negeri Teka-Teki.”
Rangkaian kalimat
di atas digunakan oleh Host, Najwa Shihab sebagai pemanis pembukaan awal dari
episode bersama Gus Mus. Rangkaian kalimat yang sarat akan makna mendalam dan
tersirat berbagai sindiran merupakan bagian wajib dalam program acara ini.
Kalimat-kalimat ini biasanya ditempatkan di awal segmen dan di akhir segmen.
Kecakapan pemilihan kata sangat menentukan kualitas tuturan. Najwa seperti
sangat lihai merangkai kata-katanya sehingga memberikan pemaknaan yang jamak
namun tetap pada koridor permasalahan. Pada segmen 1 pembukaan Mata Najwa ini
Najwa mengagung-agungkan Gus Mus yang sedang menjadi bintang tamu di dalam
acaranya. Berbicara tentang HAM yang kemudian menyangkutpautkan ke dalam tema
yang berisi tentang negara yang sekarang sedang dalam ambang kekalapan hanya
karena kekuasaan dan uang yang sampai melupakan hak serta kewajibannya sebagai
warga negara yang harusnya menjunjung tinggi negara serta membelanya bukan
malah merusak hanya untuk kepentingan pribadi atau perorangan.
Analisis super
struktur juga mengkritisi bagian isi dalam wacana. Bagian isi wacana dalam
program acara ini adalah berupa pentanyaan, jawaban, dan pendapat dari tamu
Najwa. Hal-hal yang menjadi kunci percakapan selama acara berlangsung
dikategorikan sebagai isi. Selama pembahasan atau bagian isi sepenuhnya
menuntaskan topik utama atau temanya yaitu Gus Mus dan Negeri Teka-Teki.
Beberapa hal menarik yang muncul di bagian isi ini akan dibahas sebagai
berikut. Percakapan manis antara sang penerima dan pemberi award dalam program utama
muncul sebagai bagian dari isi pembahasan tahap awal acara.
Gus Mus : ya saya memang pikiran saya ini.. anu
yayasan diam-diam agak lebay gitu
Najwa : lebay? Haha
Gus Mus : masak saya mendapatkan penghargaan
seperti itu, kan ndak sama dengan Yap Thian Hien yang memang pejuang luar biasa
tentang HAM, saya kalah itu.
Konteks di atas yaitu membahas tentang teka-teki Gus Mus yang
mendapatkan award Yap Thian Hien yang sama sekali tidak disangkanya. Gus Mus
menganggap bahwa yayasan ini sangat lebay karena memberinya award ini karena
Gus Mus sendiri yang kurang begitu paham akan HAM malah mendapatkan penghargaan
seperti itu. Namun, pendapat tersebut disanggah oleh sang pemberi award dengan
alasan-alasan yang masuk akal dan benar adanya kefaktaannya. Bahwa Gus Mus
berhak serta pantas mendapatkan award ini.
3.
Struktur Mikro. Struktur
ini terdiri atas:
a) Analisis
Semantik, analisis semantik dalam skema analisis wacana kritis Van Djik
dikategorikan sebagai makna lokal. Dalam acara ini makna lokal bisa saja memiliki
makna yang jamak. Mengingat bahasa digunakan sebagai media untuk menggiring
isu, kepentingan, juga mengajukan pendapat. Walaupun tidak semua wacana yang
muncul mengandung maksud-maksud tertentu, namun hal-hal yang menarik layak
untuk dikaji. Berikut diuraikan data sekaligus pembahasan terkait ranah
semantik.
“Selamat
malam, selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab selaku tuan rumah Mata
Najwa. Selalu menggetarkan belajar
pada yang ahli, apalagi jika mereka juga rendah hati Gus Mus bukan sekadar
ulama yang mumpuni, ia juga budayawan yang memikat tanpa henti Fasih bicara
berbagai macam dalil-dalil mahir berkarya dalam aneka seni mutakhir. Kampiun
mengkritik dengan teduh tanpa kebencian, dihargai karena membela warga yang
dikalahkan. Kepada Gus Mus kita bisa belajar bersama tentang menjadi Islam
sekaligus Indonesia. Inilah, Mata Najwa Gus Mus dan Negeri Teka-Teki.”
Konteks dari kalimat di
atas yaitu kalimat pembuka oleh Najwa Shihab yang memiliki makna semantik. Kecakapan
pemilihan kata sangat menentukan kualitas tuturan. Najwa seperti sangat lihai
merangkai kata-katanya sehingga memberikan pemaknaan yang jamak namun tetap
pada koridor permasalahan. Pada segmen 1 pembukaan Mata Najwa ini Najwa
mengagung-agungkan Gus Mus yang sedang menjadi bintang tamu di dalam acaranya.
Berbicara tentang HAM yang kemudian menyangkutpautkan ke dalam tema yang berisi
tentang negara yang sekarang sedang dalam ambang kekalapan hanya karena
kekuasaan dan uang yang sampai melupakan hak serta kewajibannya sebagai warga
negara yang harusnya menjunjung tinggi negara serta membelanya bukan malah
merusak hanya untuk kepentingan pribadi atau perorangan.
b) Analisis
Kalimat (Sintaksis), Analisis sintaksis adalah analisis yang berkaitan dengan susunan dan
penataan kalimat penutur. Susunan dan penataan kalimat ini diramu sebaik
mungkin dengan harapan tujuan dan sasaran yang diinginkan dapat dicapai.
Berikut akan disajikan analisis percakapan dalam lingkup sintaksis.
Najwa : banyak teka-teki, karna ini judulnya
Gus Mus dan Negeri Teka-Teki. Bertambah banyak teka-teki di negeri ini.
Gus Mus : banyak sekali, bahkan tadi dalam..
saya agak tergoda ketika membaca tadi ingin menambahkan beberapa kata-kata
sesuai dengan teka-teki pada masa ini.
Dalam kalimat di atas penekanan kalimat oleh
penutur terletak pada “banyak teka-teki”. Kata “teka-teki” diletakan di awal
kalimat sebagai bentuk penguatan inti pembicaraan. Penguatan ini diharapkan
dapat menarik perhatian dari pendengar ataupun masyarakat. Karena pada kata ini
cukup merepresetasikan negara kita yang terlalu banyak teka-teki bahkan
sandiwara-sandiwara yang terjadi guna mendapatkan simpati rakyat namun kian
menyengsarakan rakyat. Bahkan sebuah puisi reformasi tahun 1997 saja yang
mereprensentasikan keadaan pada zaman itu saja ketika dibacakan pada zaman
sekarang yang notabennya telah merdeka dan berdiri sendiri, telah mengusung
kata “kebebasan” saja tidak begitu puas atau cukup yang hingga Gus Mus sendiri
sebagai pencipta tergoda ingin menambahkan kata-kata lagi untuk negara ini
namun ia tahan untuk tidak mengungkapkannya.
Najwa : teka-teki, teka-teki sudah terjawab
oleh Gus Mus yang sejak awal rasanya bukan teka-teki ketika Gus Mus menerima
itu. Em, saya membaca Gus.. dalam salah satu kutipan di media, Gus Mus mengaku
belajar HAM malah justru dari orang milenial.
Gus Mus : nah iya saya kira kalau ada orang
melempari rumahnya sendiri, menghancurkan.. itu orang agak gila.. iya
Dalam kalimat di atas, kata yang menonjol yaitu
orang milenial. Analisis dari kata ini yaitu sebuah sindiran mulai dari buat
pemimpin maupun rakyat sekarang. Dari seorang Gus Mus yang seorang rakyat
biasa, yang tidak sekolah dan hanya mondok dengan seorang kiai, yang tidak
begitu paham akan HAM saja bisa dapat mendapatkan award Yap Thian Hien. Namun,
mengapa para petinggi negara hingga sebagian rakyat yang tergolong pada zaman
yang serba ada malah jarang hingga tidak menjunjung tinggi HAM. Bahkan hak
serta kewajiban sebagai warga negara untuk menjunjung tinggi, melindungi serta
menjaga negara saja tidak dilakukan dan malah memikirkan kepentingan pribadi
serta golongan.
c) Stailistik,
Kajian stilistik dalam analisis wacana kritis adalah kajian tentang pilihan
kata yang digunakan penutur dalam menyampaikan pesan, maksud, dan ideologinya.
Pilihan kata dalam bertutur sangat memengaruhi penerimaan pesan oleh lawan
tutur. Kasar, halus, lemah, dan lembut dalam berbahasa tidak hanya dipengaruhi
oleh intonasi tuturan, tetapi juga pilihan kata. Oleh karena itu analisis
stilistik (pemilihan kata) dalam penelitian ini akan melihat bagaimana
pemilihan-pemilihan kata yang digunakan oleh Gus Mus menanggapi dirinya yang
memperoleh gelar Yap Thian Hien. Berikut akan disajikan data dan analisis data
yang didapat dari transkrip percakapan.
Gus Mus : ya saya memang pikiran saya ini.. anu
yayasan diam-diam agak lebay gitu
Najwa : lebay? Haha
Gus Mus : masak saya mendapatkan penghargaan
seperti itu, kan ndak sama dengan Yap Thian Hien yang memang pejuang luar biasa
tentang HAM, saya kalah itu
Kata yang menonjol dari percakapan di atas yaitu “lebay”. Dari kata ini
Gus Mus merendahkan dirinya ketika membahas isu tentang mengapa dirinya berhak
mendapatkan award tersebut. Konteks di atas yaitu membahas tentang teka-teki
Gus Mus yang mendapatkan award Yap Thian Hien yang sama sekali tidak
disangkanya. Gus Mus menganggap bahwa yayasan ini sangat lebay karena
memberinya award ini karena Gus Mus sendiri yang kurang begitu paham akan HAM
malah mendapatkan penghargaan seperti itu. Namun, pendapat tersebut disanggah
oleh sang pemberi award dengan alasan-alasan yang masuk akal dan benar adanya
kefaktaannya. Bahwa Gus Mus berhak serta pantas mendapatkan award ini.
d) Retoris,
Kajian retoris dalam analisis wacana kritis Van Dijk menganalisis hal terkait
grafis, metafora, dan ekspresi. Dalam penelitian ini hal yang dikaji dari
ketiga poin tersebut adalah lingkup metafora. Berikut akan disajikan data dan
analisis data yang berkaitan dengan metafora.
Todong : Hak selalu punya hubungan korelatif
dengan kewajiban, jadi tidak ada hak yang tidak punya kewajiban. Jadi saya
melihat Gus Mus ini Sufi nah dia memang satu langkah memang diantara kita semua
dalam melihat HAM, walaupun mungkin tidak membaca deklarasi HAM di PBB tidak
membaca kognam tetapi menurut saya pemahaman Gus Mus ini adalah pemahaman dari
pemikir-pemikir HAM yang sudah sangat canggih seperti itu.
Gus Mus : masak saya mendapatkan penghargaan
seperti itu, kan ndak sama dengan Yap Thian Hien yang memang pejuang luar biasa
tentang HAM, saya kalah itu
Todong : mudah-mudahan ini tidak lebay
jawabannya, tapi buat sebagian mengapa Gus Mus ini mendapatkan Yap Thian Hien
award itu dianggap teka-teki juga. Gus Mus ini bukan pejuang hak asasi manusia
menurut sebagian, tapi kami meneliti rekan jejak Gus Mus sejak apa yang
dilakukan Gus Mus selama hidupnya adalah untuk hak asasi manusia. Walaupun Gus
Mus tidak menyebut HAM, membela hak untuk beribadah, membela hak untuk
beragama, membela keberagaman, membela kedamaian, menolak semua bentuk korupsi
dan sebagainya itu semua alasan-alasan yang kita semua lihat dan tepat
menjadikan Gus Mus sebagai penerima Yap Thian Hien award. Dan ingin saya
tambahkan, Gus Mus tidak ikut kami sampai sekarang. Gus Mus itu bukan Munier
yang berteriak lantang, bukan Konggas anti-imperasial, tapi dari puisi-puisi,
khotbah dan semua yang dilakukan oleh Gus Mus, dia memang memberikan sebuah
komitmennya untuk membangun Indonesia yang hormat terhadap HAM. Ini adalah
antalogi Gus Mus yang saya kita sebagian orang yang tidak tahu itu dan inilah
teka-teki yang saya kira sudah saya jawab pada malam ini.
Dalam tuturan yang muncul di segmen
pertama ini, tidak banyak kalimat yang diucapkan dengan gaya bahasa metafora
ini. Hanya saja, pembanding-pembanding selalu disebutkan di dalam percakapan di
segmen ini. di segmen ini, sebagai jawaban atas teka-teki yang diterima oleh
Gus Mus mengapa dirinya mendapatkan award Yap Thian Hien ini. Sebagai seseorang yang memperoleh award, Gus Mus
selalu disanjung-sanjungkan oleh kata-kata yang menarik atau kata-kata tinggi
disejajarkan guna meyakinkan bahwa pilihan dari yayasan tidak salah telah
memilih Gus Mus sebagai pemerima award Yap Thian Hien ini. Penggunaan majas
metafora ini dimaksudkan untuk memunculkan suasana yang halus namun dengan
maksud yang tajam. Artinya pendengar bisa saja menangkap katanya dengan halus,
namun tidak begitu dengan maknanya.
KESIMPULAN
Istilah wacana banyak bermunculan dan
digunakan dalam berbagai aspek. Wacana sendiri merupakan bagian dari unsur
kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Permainan olah
wacana sering ditargetkan untuk dikonsumsi oleh orang banyak. Salah satu media
massa yang kehadirannya tidak lagi dapat dipisahkan dengan masyarakat adalah
televisi. Teori Van Dijk adalah
menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.
Pada dimensi teks yang diteliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana
yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Analisis struktur makro, dalam episode kali ini
yang mengusung tema “Gus Mus dan Negeri Teka-Teki”. Topik yang diusung dalam
tema ini yaitu tentang negeri teka-teki hingga dalam babak pertama, yang akan
dianalisis yaitu berkenaan dengan HAM yang dengan ini sekaligus Gus Mus
mendapatkan award Yap Thian Hien. Analisis superstruktur,
wacana yang meliputi alur. Rangkaian kalimat di atas digunakan oleh Host, Najwa
Shihab sebagai pemanis pembukaan awal dari episode bersama Gus Mus. Rangkaian
kalimat yang sarat akan makna mendalam dan tersirat berbagai sindiran merupakan
bagian wajib dalam program acara ini. Analisis struktur mikro, semantik Pada
segmen 1 pembukaan Mata Najwa ini Najwa mengagung-agungkan Gus Mus yang sedang
menjadi bintang tamu di dalam acaranya. Analisis sintaksis, Dalam kalimat di atas penekanan kalimat oleh penutur terletak
pada “banyak teka-teki”. Kata “teka-teki” diletakan di awal kalimat sebagai
bentuk penguatan inti pembicaraan. Kajian stilistik, Kata yang menonjol dari percakapan di
atas yaitu “lebay”. Dari kata ini Gus Mus merendahkan dirinya ketika membahas
isu tentang mengapa dirinya berhak mendapatkan award tersebut. Kajian
retoris, jawaban atas teka-teki yang diterima oleh Gus Mus mengapa dirinya
mendapatkan award Yap Thian Hien ini. Penggunaan majas metafora ini dimaksudkan
untuk memunculkan suasana yang halus namun dengan maksud yang tajam.
DAFTAR PUSTAKA
Baryadi,
Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis
Wacana dalam Ilmu Bahasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Darma,
Yoce A. 2009. Analisis Wacana Kritis.
Bandung: Yrama Widya.
Djajasudarma,
T. Fatimah. 2006. Wacana : Pemahaman dan
Hubungan Antarunsur. Bandung : PT Refika Aditama
Rani, Abdul; Bustanul Arifin; Martutik.
2000. Analisis Wacana Sebuah Kajian
Bahasa dalam Pemakaian. Malang : Bayumedia Publishing.
Wijana, Putu Dewa. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Penerbit
Tiara Wacana
Rosidi, Sakban.
2007. Analisis Wacana Kritis sebagai
Ragam Paradigma Kajian Wacana. Makalah disajikan pada Sekolah Bahasa, atas
prakarsa Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Bahasa, Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang, 15 Desember 2007.
Shihab, Najwa.
2018. Mata Najwa Part 1 – Gus Mus dan
Negeri Teka-Teki. Di ambil dari YouTube: https://www.youtube.com/watch?v=ddEWB8ZEzaY
Tarigan, H. G.
2005. Pengajaran Wacana. Bandung :
Penerbit Angkasa
Tomtom, Mohamad.
2014. Analisis Wacana Kritis dalam Iklan
Komersil di Televisi. Singaraja. (Skripsi tidak diterbitkan).
Van Dijk, Teun A.
2001. Critical Discourse Analysis, Book 1.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
DIALOG
MATA NAJWA BERTEMA GUS MUS DAN NEGERI TEKA-TEKI
Selamat
malam, selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab selaku tuan rumah Mata
Najwa. Selalu menggetarkan belajar
pada yang ahli, apalagi jika mereka juga rendah hati Gus Mus bukan sekadar
ulama yang mumpuni, ia juga budayawan yang memikat tanpa henti Fasih bicara
berbagai macam dalil-dalil mahir berkarya dalam aneka seni mutakhir. Kampiun
mengkritik dengan teduh tanpa kebencian, dihargai karena membela warga yang
dikalahkan. Kepada Gus Mus kita bisa belajar bersama tentang menjadi Islam
sekaligus Indonesia. Inilah, Mata Najwa Gus Mus dan Negeri Teka-Teki.
(Gus Mus membacakan puisinya yang berjudul
Negeri Teka-Teki)
Najwa :
K. H Mustofa Bisri, Assalamualaikum Gus.. apa kabar, terima kasih sudah datang,
kebahagiaan selalu kehormatan menerima Gus Mus. Sekali lagi dong K. H Mustofa
Bisri. Silahkan duduk..
Najwa : jangan tanya mengapa, jangan tanya
siapa, jangan tanya siapa-siapa. Tebak saja, tapi malam ini karena sudah ada
Gus Mus, ijinkan saya banyak bertanya malam ini Gus.. em, bertanya mungkin diawali
dengan puisi tadi “Negeri Teka-Teki” puisi yang Gus Mus sendiri tulis di tahun
1997. Masih relevankah sampai sekarang masihkah banyak teka-teki menyelimuti
negeri ini Gus?
Gus Mus : tergantung yang mendengarkan ya.. Nana
gimana mendengarnya?
Najwa : banyak teka-teki, karna ini judulnya
Gus Mus dan Negeri Teka-Teki. Bertambah banyak teka-teki di negeri ini.
Gus Mus : banyak sekali, bahkan tadi dalam..
saya agak tergoda ketika membaca tadi ingin menambahkan beberapa kata-kata
sesuai dengan teka-teki pada masa ini.
Najwa : apa itu Gus
Gus Mus : adalah tadi yang tergoda tapi ndak
jadi.
Najwa : oh gitu? Berarti malam ini perlu saya
goda terus supaya keluar ide-idenya.. haha
Gus Mus : iya haha
Najwa : negeri teka-teki, yang jelas bukan
teka-teki permirsa adalah alasan mengapa tamu spesial kita pada hari ini K. H
Mustofa Bisri mendapatkan penghargaan tahun 2017, kita beri tepuk tangan..
baru-baru ini penghargaan itu disematkan dan disebutkan seorang pertama kiai
yang menerimanya. Kita lihat tentang Gus Mus berikut ini..
(video tentang Gus Mus memperoleh penghargaan
Yap Thian Hien)
Najwa : Gus Mus ketika mendapatkan penghargaan
itu terkejut atau tidak?
Gus Mus : yaa terkejut lah..
Najwa : apa yang terlintas di benak ketika itu
Gus Mus : tidak, tidak ada sama sekali
Najwa : jadi, ketika mendapat merasa wahh
memang
Gus Mus : ya saya memang pikiran saya ini.. anu
yayasan diam-diam agak lebay gitu
Najwa : lebay? Haha
Gus Mus : masak saya mendapatkan penghargaan
seperti itu, kan ndak sama dengan Yap Thian Hien yang memang pejuang luar biasa
tentang HAM, saya kalah itu
Najwa : lebay jadi mereka?
Gus Mus : iya lebay jadi mereka
Najwa : yang jelas yang bertanggung jawab atas
kelebayan betulkah lebay, saya akan bertanya ke ketua yayasan Yap Thian Hien,
Todong Mulya Lubis. Selamat malam bang Todong terima kasih sudah hadir
Todong : selamat malam
Najwa : apa alasannya, apakah karena lebay
seperti yang tadi disebutkan oleh Gus Mus?
Todong : mudah-mudahan ini tidak lebay
jawabannya, tapi buat sebagian mengapa Gus Mus ini mendapatkan Yap Thian Hien
award itu dianggap teka-teki juga. Gus Mus ini bukan pejuang hak asasi manusia
menurut sebagian, tapi kami meneliti rekan jejak Gus Mus sejak apa yang
dilakukan Gus Mus selama hidupnya adalah untuk hak asasi manusia. Walaupun Gus
Mus tidak menyebut HAM, membela hak untuk beribadah, membela hak untuk
beragama, membela keberagaman, membela kedamaian, menolak semua bentuk korupsi
dan sebagainya itu semua alasan-alasan yang kita semua lihat dan tepat
menjadikan Gus Mus sebagai penerima Yap Thian Hien award. Dan ingin saya
tambahkan, Gus Mus tidak ikut kami sampai sekarang. Gus Mus itu bukan Munier
yang berteriak lantang, bukan Konggas anti-imperasial, tapi dari puisi-puisi,
khotbah dan semua yang dilakukan oleh Gus Mus, dia memang memberikan sebuah
komitmennya untuk membangun Indonesia yang hormat terhadap HAM. Ini adalah
antalogi Gus Mus yang saya kita sebagian orang yang tidak tahu itu dan inilah
teka-teki yang saya kira sudah saya jawab pada malam ini.
Najwa : teka-teki, teka-teki sudah terjawab
oleh Gus Mus yang sejak awal rasanya bukan teka-teki ketika Gus Mus menerima
itu. Em, saya membaca Gus.. dalam salah satu kutipan di media, Gus Mus mengaku
belajar HAM malah justru dari orang milenial.
Gus Mus : ya saya tahu bahwa HAM ide dari barat dan segala macam saya baru
saja karna saya ya dari dulu nggak sekolah seperti Nana segala macam. Saya
hanya orang kampung, di pondokan, dan guru saya orang kampung, kiai kampung dan
hanya mengatakan bahwa kamu itu manusia punya hak tapi punya kewajiban, dalam
bahasa Arab al-hakku itu bisa berarti hak bisa berarti kewajiban. Guru saya
menekankan kepada saya jangan pikir hak, pikirkan kewajibanmu terhadap hak
orang lain. Orang lain mempunyai hak sebagai manusia maka hargai itu sebagai
tanggung jawabmu.
Najwa : jadi Gus Mus memaknai HAM itu yaa
seperti yang diajarkan seperti itu?
Gus Mus : iyahh
Najwa : menghargai kewajiban dan juga
menghargai hak orang lain. Penafsiran HAM seperti itu sesuatu yang universalkah
bang Todong?
Todong : Hak selalu punya hubungan korelatif
dengan kewajiban, jadi tidak ada hak yang tidak punya kewajiban. Jadi saya
melihat Gus Mus ini Sufi nah dia memang satu langkah memang diantara kita semua
dalam melihat HAM, walaupun mungkin tidak membaca deklarasi HAM di PBB tidak
membaca kognam tetapi menurut saya pemahaman Gus Mus ini adalah pemahaman dari
pemikir-pemikir HAM yang sudah sangat canggih seperti itu.
Najwa : gimana Gus, sudah sangat canggih
pemahaman itu Gus..
Gus Mus : haha nah ini lebay lagi
hahahahha...seperti yang saya katakan lagi, saya itu santri pondok, kiai saya
kiai kampung. Kiai saya mengatakan, misalnya soal nasionalisme.. saya ndak
tahu, saya ndak pernah sekolah umum, nggak ngerti.. isme-isme kan bukan dari
sini. Ndak tahu, Cuma guru saya mengatakan kiai saya mengatakan, Indonesia ini
rumahmu jaga, rawat gitu.. udah gitu
Najwa : sesederhana itu?
Gus Mus : sesederhana itu, orang yang ada di
Indonesia adalah saudara-saudaramu, ada yang mungkin setara Ayahmu, setara
Ibumu, setara Pamanmu, setara Adekmu, setara Kakakmu. Ini loh, jaga karna itu
ketika sekutu datang ke Surabaya itu kiai-kiai kampung itu mengatakan yaa harus
itu fardhu ‘ain itu setiap orang harus melawan. Karna mau mengobrak-ambrik
rumah kita. Itu kan sesederhana itu.
Najwa : dan sekarang pun konteksnya kalau ada
yang mengobrak-ambrik kita harus melawan.
Gus Mus : nah iya saya kira kalau ada orang
melempari rumahnya sendiri, menghancurkan.. itu orang agak gila.. iya
Najwa : hanya orang gila yang..
Gus Mus : atau dia lupa bahwa ini rumah. Ini
rumahmu kata kiaiku, ini rumahmu tempat kau dilahirkan tempat kau menghirup
udaranya tempat kau bersujud tempat kelak engkau mungkin dikebumikan. Jaga,
rawat itu aja.. itu, sesederhana itu.
Najwa : sesederhana itu, jaga dan rawat
rumahmu.
Puisi karya Gus Mus
yang lahir di tengah gejolak reformasi, Gus Mus berkisah tentang apa teka-taki
yang menyelimuti negeri ini sejak masa awal reformasi hingga hari ini. “Jangan
tanya apa, jangan tanya siapa, jangan tanya mengapa, tebak saja” menjadi salah
satu bait dalam puisi yang lahir di tengah gejolak reformasi tersebut.
Bermuatan kritik tajam, namun teduh tanpa kebencian. Sebagai ulama pertama yang
meraih penghargaan Yap Thian Hien, Gus Mus dinilai memiliki cara tersendiri
dalam memperjuangkan HAM dan keberagaman. “Manusia punya hak tapi punya
kewajiban, jangan hanya berpikir hak, tapi pikirkan kewajibanmu terhadap hak
orang lain. Orang lain mempunyai hak sebagai manusia maka hargailah itu sebagai
tanggung jawabmu,”ujar Gus Mus. (Narasi)