Selasa, 24 September 2019

Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk Dalam Program Acara Mata Najwa “Gus Mus Dan Negeri Teka-Teki Segmen Pertama” Di Trans7


Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk Dalam Program Acara Mata Najwa “Gus Mus Dan Negeri Teka-Teki Segmen Pertama” Di Trans7


Oleh




Widya Hapsari Nur Safitri (13010116120002)
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro





Inti Sari
wacana dan analisis wacana memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Berbagai ranah untuk menganalisis wacana kritis, salah satunya media massa yang kehadirannya tidak lagi dapat dipisahkan dengan masyarakat adalah televisi. Dalam pembahasan kali ini, penelitian ini menggunakan teori dari Van Dijk, yang inti sari dari analisis Teori Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Jenis metode observasi yang digunakan adalah metode observasi nonpartisipasi. Pada dimensi teks yang diteliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Program acara Talk Show yang berjudul Mata Najwa, dilihat berbabagi macam kemasan wacana. Acara dari Mata Najwa mengundang K. H Mustofa Bisri yang memberikan pandangannya terhadap negara Indonesia yang akhir-akhir ini mengalami krisis HAM hingga pemimpin yang arif untuk Indonesia dengan tema Gus Mus dan Negeri teka-Teki.







PENDAHULUAN
Saat ini istilah wacana banyak bermunculan dan digunakan dalam berbagai aspek. Wacana sendiri merupakan bagian dari unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung dari wacana sendiri meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf hingga karangan utuh. Namun, wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang cukup banyak. Oleh karena itu, kajian tentang wacana menjadi “wajib” ada dalam proses pembelajaran bahasa. Tujuannya, tidak lain, untuk membekali pemakai bahasa agar dapat memahami dan memakai bahasa dengan baik dan benar. Dengan memahami tindakan manusia yang dilakukan dengan bahasa (verbal) dan bukan bahasa (nonverbal).
Dewasa ini wacana dan analisis wacana memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Wacana sendiri merupakan wujud komunikasi verbal. Dari segi bentuk, wacana dibagi menjadi dua, yakni wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan merupakan wujud komunikasi lisan yang melibatkan penutur dan lawan tutur, sedangkan wacana tulis merupakan wujud komunikasi tulis yang melibatkan penulis dan pembaca. Aktivitas penutur (pembicara/penulis) bersifat produktif, ekspresif, kreatif, sedangkan aktivitas lawan tutur (pendengar/ pembaca) bersifat reseptif (Sudaryat, 2009:106). Wacana dapat dikemas dengan berbagai maksud oleh penutur kepada lawan tutur. Penutur baik lisan maupun tulisan memiliki keleluasaan menyampaikan berbagai macam bentuk opini, pendapat, ataupun pikiran lewat wacana. Sebagai objek kajian dan penelitian kebahasaan, wacana dapat ditelusuri dari berbagai segi. Misalnya, dalam dunia pertelevisian yang menjadi salah satu media untuk sarana komunikasi sekaligus pusat informasi bagi masyarakat.
Permainan olah wacana sering ditargetkan untuk dikonsumsi oleh orang banyak. Oleh karena itu media massa merupakan sarana yang paling efektif untuk menyampaikan informasi yang dikemas dalam bentuk wacana ke hadapan publik, baik oleh individu, kelompok, maupun instansi pemerintah. Salah satu media massa yang kehadirannya tidak lagi dapat dipisahkan dengan masyarakat adalah televisi. Televisi yang sifatnya audio visual menawarkan kesempurnaan kepada masyarakat untuk memuaskan hasrat masyarakat dalam mendapat berbagai hiburan dan informasi. Televisi beserta dengan program-program yang ditawarkan merupakan tempat yang strategis bagi berbagai kelompok sosial dan politik untuk tampil dengan olahan bahasa yang mereka kembangkan sendiri. Kemungkinan sangat terbuka bagi kelompokkelompok tertentu dalam menampilkan definisi situasi, atau definisi realitas, versi mereka.
Dalam pembahasan kali ini, penelitian ini menggunakan teori dari Van Dijk, yang inti sari dari analisis Teori Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Pada dimensi teks yang diteliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita, yang melibatkan kognisi individu dari wartawan atau redaktur. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah yang mempengaruhi kognisi wartawan atau redaktur.
Dalam observasi awal yang telah dilakukan pada salah satu program televisi dari stasiun televisi swasta yaitu Trans7, dengan program acara Talk Show yang berjudul Mata Najwa, dilihat berbabagi macam kemasan wacana. Program acara Mata Najwa ini merupakan salah satu program yang memiliki rating baik di Indonesia. Program Mata Najwa membahas tentang strategi, program prioritas, membahas perkembangan isu selama kampenye, dan tentu saja dilakukan secara terbuka. Program talk show ini memperbincangkan juga tentang masalah-masalah yang muncul selama kampanye dan pemilihan. Hal ini tentu saja memunculkan berbagai wacana yang secara langsung keluar dari tuturan sebagai tamu dari Mata Najwa yaitu K. H Mustofa Bisri yang memberikan pandangannya terhadap negara Indonesia yang akhir-akhir ini mengalami krisis HAM hingga pemimpin yang arif untuk Indonesia dengan tema Gus Mus dan Negeri teka-Teki. Berdasarkan analisis awal bentukan wacana, pemaknaan wacana, serta susunan wacana yang muncul dalam program acara Mata Najwa ini terdapat beberapa hal yang perlu dikaji. Kajian ini secara umum disebabkan karena adanya tuturan yang bermakna ganda, tidak lugas, serta kemasan atau susunan wacana yang kurang pas. Dalam paradigma kritis, pengunaan bahasa dalam media bersifat sengaja dan memiliki tujuan tertentu. Melihat hal ini, peneliti tertarik melihat wacana yang dibangun dalam episode tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan tiga permasalahan. Bagaimanakah analisis struktur mikro, analisis super struktur, dan analisis struktur makro Van Dijk dalam program acara Mata Najwa episode Gus Mus dan Negeri Teka-Teki? Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas dapat dirumuskan tiga bentuk tujuan. Mendeskripsikan analisis struktur mikro, super struktur, dan struktur makro dalam program acara Mata Najwa episode Gus Mus dan Negeri Teka-Teki.

METODE PENELITIAN
Dalam tulisan ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan sebuah penelitian untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan menurut keadaan pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2006: 54). Jadi, tujuan penelitian deskriptif adalah membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Rancangan deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat mengenai fakta-fakta akual dari sifat populasi.Kekualitatifan penelitian ini berkaitan dengan data penelitian yang tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kualitas bentuk verbal yang berwujud tuturan.
Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian (Suandi, 2008:31). Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah program acara Mata Najwa Trans7. Secara umum objek penelitian ini adalah wacana yang muncul dalam program acara Mata Najwa di Trans7. Jenis metode observasi yang digunakan adalah metode observasi nonpartisipasi. Metode observasi nonpartisipan merupakan metode yang peneliti pilih dalam melakukan penelitian ini. Peneliti hanya menjadi pengamat dan tidak terlibat langsung dalam proses program acara yang diobservasi. Namun, peneliti melakukan observasi dengan menggunakan YouTube sebagai sarana menonton objek kajian.
Metode ini berfungsi untuk memperjelas setiap teori ilmiah tentang studi kasus yang diambil dengan cara mencari dan mempelajari berbagi jenis referensi bacaan baik itu buku, jurnal, monografi, dan sebagainya. Dalam hal ini studi kepustakaan untuk menemukan berbagai referensi terkait analisis wacana. Metode ini juga digunakan untuk menggali penelitian-penelitian sejenis yang peneliti jadikan tinjauan pustaka. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur analisis data kualitatif berdasarkan model interaktif Milles (1992:16) yang telah dikenal secara umum dalam ranah penelitian. Secara umum analisis data dengan menggunakan model tersebut mencakup tiga tahap, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi atau penarikan simpulan.Ketiga tahapan tersebut saling berinteraksi, berawal dari pengumpulan data dan berakhir pada selesainya penulisan laporan penelitian. Semua tahap tersebut memiliki keterkaitan proses antara satu dengan yang lainnya.  

HASIL DAN PEMBAHASAN
Inti dari analisis Teori Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Pada dimensi teks yang diteliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita, yang melibatkan kognisi individu dari wartawan atau redaktur. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah yang mempengaruhi kognisi wartawan atau redaktur. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Yaitu struktur makro, super struktur dan struktur mikro.
1.      Struktur Makro (Tematik). Elemen tematik merupakan makna global (global meaning) dari satu wacana. Tema merupakan gambaran umum mengenai pendapat atau gagasan yang disampaikan seseorang atau wartawan. Tema menunjukkan konsep dominan, sentral, dan hal yang utama dari isi suatu berita.
Analisis, dalam episode kali ini yang mengusung tema “Gus Mus dan Negeri Teka-Teki”. Topik yang diusung dalam tema ini yaitu tentang negeri teka-teki hingga dalam babak pertama, yang akan dianalisis yaitu berkenaan dengan HAM yang dengan ini sekaligus Gus Mus mendapatkan award Yap Thian Hien. Diawali dengan puisinya yang berjudul “Negeri Teka-Teki” lalu membahas tentang Negara ini yang penuh teka-teki akan kepemimpinannya serta membahas HAM dengan menjunjung tinggi kewajiban serta haknya.
2.      Superstruktur (Skematik/ Alur):Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk satu kesatuan arti. Sebuah berita terdiri dari dua skema besar. Pertama summary yang ditandai dengan judul dan lead. Kemudian kedua adalah story yakni isi berita secara keseluruhan.
Analisis superstruktur, wacana yang meliputi alur. Super struktur dalam penelitian ini akan menganalisis terkait pendahuluan, isi, penutup dan simpulan dalam wacana dari keseluruhan segmen. Dalam program acara “Mata Najwa” terdapat tujuh segmen. Najwa sebagai host selalu membuka acaranya dengan rangkain kalimat yang memiliki rima teratur. Hal ini memberikan kesan “pemanis” sebagai dalam suasana panas yang akan tercipta dalam bagian inti acara. Dan kali ini meneliti segmen yang pertama yang menggunakan pemanis berupa:
“Selamat malam, selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab selaku tuan rumah Mata Najwa. Selalu menggetarkan belajar pada yang ahli, apalagi jika mereka juga rendah hati Gus Mus bukan sekadar ulama yang mumpuni, ia juga budayawan yang memikat tanpa henti Fasih bicara berbagai macam dalil-dalil mahir berkarya dalam aneka seni mutakhir. Kampiun mengkritik dengan teduh tanpa kebencian, dihargai karena membela warga yang dikalahkan. Kepada Gus Mus kita bisa belajar bersama tentang menjadi Islam sekaligus Indonesia. Inilah, Mata Najwa Gus Mus dan  Negeri Teka-Teki.”
Rangkaian kalimat di atas digunakan oleh Host, Najwa Shihab sebagai pemanis pembukaan awal dari episode bersama Gus Mus. Rangkaian kalimat yang sarat akan makna mendalam dan tersirat berbagai sindiran merupakan bagian wajib dalam program acara ini. Kalimat-kalimat ini biasanya ditempatkan di awal segmen dan di akhir segmen. Kecakapan pemilihan kata sangat menentukan kualitas tuturan. Najwa seperti sangat lihai merangkai kata-katanya sehingga memberikan pemaknaan yang jamak namun tetap pada koridor permasalahan. Pada segmen 1 pembukaan Mata Najwa ini Najwa mengagung-agungkan Gus Mus yang sedang menjadi bintang tamu di dalam acaranya. Berbicara tentang HAM yang kemudian menyangkutpautkan ke dalam tema yang berisi tentang negara yang sekarang sedang dalam ambang kekalapan hanya karena kekuasaan dan uang yang sampai melupakan hak serta kewajibannya sebagai warga negara yang harusnya menjunjung tinggi negara serta membelanya bukan malah merusak hanya untuk kepentingan pribadi atau perorangan.
Analisis super struktur juga mengkritisi bagian isi dalam wacana. Bagian isi wacana dalam program acara ini adalah berupa pentanyaan, jawaban, dan pendapat dari tamu Najwa. Hal-hal yang menjadi kunci percakapan selama acara berlangsung dikategorikan sebagai isi. Selama pembahasan atau bagian isi sepenuhnya menuntaskan topik utama atau temanya yaitu Gus Mus dan Negeri Teka-Teki. Beberapa hal menarik yang muncul di bagian isi ini akan dibahas sebagai berikut. Percakapan manis antara sang penerima dan pemberi award dalam program utama muncul sebagai bagian dari isi pembahasan tahap awal acara.
Gus Mus : ya saya memang pikiran saya ini.. anu yayasan diam-diam agak lebay gitu
Najwa : lebay? Haha
Gus Mus : masak saya mendapatkan penghargaan seperti itu, kan ndak sama dengan Yap Thian Hien yang memang pejuang luar biasa tentang HAM, saya kalah itu.
Konteks di atas yaitu membahas tentang teka-teki Gus Mus yang mendapatkan award Yap Thian Hien yang sama sekali tidak disangkanya. Gus Mus menganggap bahwa yayasan ini sangat lebay karena memberinya award ini karena Gus Mus sendiri yang kurang begitu paham akan HAM malah mendapatkan penghargaan seperti itu. Namun, pendapat tersebut disanggah oleh sang pemberi award dengan alasan-alasan yang masuk akal dan benar adanya kefaktaannya. Bahwa Gus Mus berhak serta pantas mendapatkan award ini.  
3.      Struktur Mikro. Struktur ini terdiri atas:
a)      Analisis Semantik, analisis semantik dalam skema analisis wacana kritis Van Djik dikategorikan sebagai makna lokal. Dalam acara ini makna lokal bisa saja memiliki makna yang jamak. Mengingat bahasa digunakan sebagai media untuk menggiring isu, kepentingan, juga mengajukan pendapat. Walaupun tidak semua wacana yang muncul mengandung maksud-maksud tertentu, namun hal-hal yang menarik layak untuk dikaji. Berikut diuraikan data sekaligus pembahasan terkait ranah semantik.
“Selamat malam, selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab selaku tuan rumah Mata Najwa. Selalu menggetarkan belajar pada yang ahli, apalagi jika mereka juga rendah hati Gus Mus bukan sekadar ulama yang mumpuni, ia juga budayawan yang memikat tanpa henti Fasih bicara berbagai macam dalil-dalil mahir berkarya dalam aneka seni mutakhir. Kampiun mengkritik dengan teduh tanpa kebencian, dihargai karena membela warga yang dikalahkan. Kepada Gus Mus kita bisa belajar bersama tentang menjadi Islam sekaligus Indonesia. Inilah, Mata Najwa Gus Mus dan  Negeri Teka-Teki.”
Konteks dari kalimat di atas yaitu kalimat pembuka oleh Najwa Shihab yang memiliki makna semantik. Kecakapan pemilihan kata sangat menentukan kualitas tuturan. Najwa seperti sangat lihai merangkai kata-katanya sehingga memberikan pemaknaan yang jamak namun tetap pada koridor permasalahan. Pada segmen 1 pembukaan Mata Najwa ini Najwa mengagung-agungkan Gus Mus yang sedang menjadi bintang tamu di dalam acaranya. Berbicara tentang HAM yang kemudian menyangkutpautkan ke dalam tema yang berisi tentang negara yang sekarang sedang dalam ambang kekalapan hanya karena kekuasaan dan uang yang sampai melupakan hak serta kewajibannya sebagai warga negara yang harusnya menjunjung tinggi negara serta membelanya bukan malah merusak hanya untuk kepentingan pribadi atau perorangan.
b)      Analisis Kalimat (Sintaksis), Analisis sintaksis adalah analisis yang berkaitan dengan susunan dan penataan kalimat penutur. Susunan dan penataan kalimat ini diramu sebaik mungkin dengan harapan tujuan dan sasaran yang diinginkan dapat dicapai. Berikut akan disajikan analisis percakapan dalam lingkup sintaksis.
Najwa : banyak teka-teki, karna ini judulnya Gus Mus dan Negeri Teka-Teki. Bertambah banyak teka-teki di negeri ini.
Gus Mus : banyak sekali, bahkan tadi dalam.. saya agak tergoda ketika membaca tadi ingin menambahkan beberapa kata-kata sesuai dengan teka-teki pada masa ini.
Dalam kalimat di atas penekanan kalimat oleh penutur terletak pada “banyak teka-teki”. Kata “teka-teki” diletakan di awal kalimat sebagai bentuk penguatan inti pembicaraan. Penguatan ini diharapkan dapat menarik perhatian dari pendengar ataupun masyarakat. Karena pada kata ini cukup merepresetasikan negara kita yang terlalu banyak teka-teki bahkan sandiwara-sandiwara yang terjadi guna mendapatkan simpati rakyat namun kian menyengsarakan rakyat. Bahkan sebuah puisi reformasi tahun 1997 saja yang mereprensentasikan keadaan pada zaman itu saja ketika dibacakan pada zaman sekarang yang notabennya telah merdeka dan berdiri sendiri, telah mengusung kata “kebebasan” saja tidak begitu puas atau cukup yang hingga Gus Mus sendiri sebagai pencipta tergoda ingin menambahkan kata-kata lagi untuk negara ini namun ia tahan untuk tidak mengungkapkannya.
Najwa : teka-teki, teka-teki sudah terjawab oleh Gus Mus yang sejak awal rasanya bukan teka-teki ketika Gus Mus menerima itu. Em, saya membaca Gus.. dalam salah satu kutipan di media, Gus Mus mengaku belajar HAM malah justru dari orang milenial.
Gus Mus : nah iya saya kira kalau ada orang melempari rumahnya sendiri, menghancurkan.. itu orang agak gila.. iya
Dalam kalimat di atas, kata yang menonjol yaitu orang milenial. Analisis dari kata ini yaitu sebuah sindiran mulai dari buat pemimpin maupun rakyat sekarang. Dari seorang Gus Mus yang seorang rakyat biasa, yang tidak sekolah dan hanya mondok dengan seorang kiai, yang tidak begitu paham akan HAM saja bisa dapat mendapatkan award Yap Thian Hien. Namun, mengapa para petinggi negara hingga sebagian rakyat yang tergolong pada zaman yang serba ada malah jarang hingga tidak menjunjung tinggi HAM. Bahkan hak serta kewajiban sebagai warga negara untuk menjunjung tinggi, melindungi serta menjaga negara saja tidak dilakukan dan malah memikirkan kepentingan pribadi serta golongan.
c)      Stailistik, Kajian stilistik dalam analisis wacana kritis adalah kajian tentang pilihan kata yang digunakan penutur dalam menyampaikan pesan, maksud, dan ideologinya. Pilihan kata dalam bertutur sangat memengaruhi penerimaan pesan oleh lawan tutur. Kasar, halus, lemah, dan lembut dalam berbahasa tidak hanya dipengaruhi oleh intonasi tuturan, tetapi juga pilihan kata. Oleh karena itu analisis stilistik (pemilihan kata) dalam penelitian ini akan melihat bagaimana pemilihan-pemilihan kata yang digunakan oleh Gus Mus menanggapi dirinya yang memperoleh gelar Yap Thian Hien. Berikut akan disajikan data dan analisis data yang didapat dari transkrip percakapan.
Gus Mus : ya saya memang pikiran saya ini.. anu yayasan diam-diam agak lebay gitu
Najwa : lebay? Haha
Gus Mus : masak saya mendapatkan penghargaan seperti itu, kan ndak sama dengan Yap Thian Hien yang memang pejuang luar biasa tentang HAM, saya kalah itu
Kata yang menonjol dari percakapan di atas yaitu “lebay”. Dari kata ini Gus Mus merendahkan dirinya ketika membahas isu tentang mengapa dirinya berhak mendapatkan award tersebut. Konteks di atas yaitu membahas tentang teka-teki Gus Mus yang mendapatkan award Yap Thian Hien yang sama sekali tidak disangkanya. Gus Mus menganggap bahwa yayasan ini sangat lebay karena memberinya award ini karena Gus Mus sendiri yang kurang begitu paham akan HAM malah mendapatkan penghargaan seperti itu. Namun, pendapat tersebut disanggah oleh sang pemberi award dengan alasan-alasan yang masuk akal dan benar adanya kefaktaannya. Bahwa Gus Mus berhak serta pantas mendapatkan award ini.
d)      Retoris, Kajian retoris dalam analisis wacana kritis Van Dijk menganalisis hal terkait grafis, metafora, dan ekspresi. Dalam penelitian ini hal yang dikaji dari ketiga poin tersebut adalah lingkup metafora. Berikut akan disajikan data dan analisis data yang berkaitan dengan metafora.
Todong : Hak selalu punya hubungan korelatif dengan kewajiban, jadi tidak ada hak yang tidak punya kewajiban. Jadi saya melihat Gus Mus ini Sufi nah dia memang satu langkah memang diantara kita semua dalam melihat HAM, walaupun mungkin tidak membaca deklarasi HAM di PBB tidak membaca kognam tetapi menurut saya pemahaman Gus Mus ini adalah pemahaman dari pemikir-pemikir HAM yang sudah sangat canggih seperti itu.
Gus Mus : masak saya mendapatkan penghargaan seperti itu, kan ndak sama dengan Yap Thian Hien yang memang pejuang luar biasa tentang HAM, saya kalah itu
Todong : mudah-mudahan ini tidak lebay jawabannya, tapi buat sebagian mengapa Gus Mus ini mendapatkan Yap Thian Hien award itu dianggap teka-teki juga. Gus Mus ini bukan pejuang hak asasi manusia menurut sebagian, tapi kami meneliti rekan jejak Gus Mus sejak apa yang dilakukan Gus Mus selama hidupnya adalah untuk hak asasi manusia. Walaupun Gus Mus tidak menyebut HAM, membela hak untuk beribadah, membela hak untuk beragama, membela keberagaman, membela kedamaian, menolak semua bentuk korupsi dan sebagainya itu semua alasan-alasan yang kita semua lihat dan tepat menjadikan Gus Mus sebagai penerima Yap Thian Hien award. Dan ingin saya tambahkan, Gus Mus tidak ikut kami sampai sekarang. Gus Mus itu bukan Munier yang berteriak lantang, bukan Konggas anti-imperasial, tapi dari puisi-puisi, khotbah dan semua yang dilakukan oleh Gus Mus, dia memang memberikan sebuah komitmennya untuk membangun Indonesia yang hormat terhadap HAM. Ini adalah antalogi Gus Mus yang saya kita sebagian orang yang tidak tahu itu dan inilah teka-teki yang saya kira sudah saya jawab pada malam ini.

Dalam tuturan yang muncul di segmen pertama ini, tidak banyak kalimat yang diucapkan dengan gaya bahasa metafora ini. Hanya saja, pembanding-pembanding selalu disebutkan di dalam percakapan di segmen ini. di segmen ini, sebagai jawaban atas teka-teki yang diterima oleh Gus Mus mengapa dirinya mendapatkan award Yap Thian Hien ini. Sebagai  seseorang yang memperoleh award, Gus Mus selalu disanjung-sanjungkan oleh kata-kata yang menarik atau kata-kata tinggi disejajarkan guna meyakinkan bahwa pilihan dari yayasan tidak salah telah memilih Gus Mus sebagai pemerima award Yap Thian Hien ini. Penggunaan majas metafora ini dimaksudkan untuk memunculkan suasana yang halus namun dengan maksud yang tajam. Artinya pendengar bisa saja menangkap katanya dengan halus, namun tidak begitu dengan maknanya.















KESIMPULAN
Istilah wacana banyak bermunculan dan digunakan dalam berbagai aspek. Wacana sendiri merupakan bagian dari unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Permainan olah wacana sering ditargetkan untuk dikonsumsi oleh orang banyak. Salah satu media massa yang kehadirannya tidak lagi dapat dipisahkan dengan masyarakat adalah televisi. Teori Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Pada dimensi teks yang diteliti bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Analisis struktur makro, dalam episode kali ini yang mengusung tema “Gus Mus dan Negeri Teka-Teki”. Topik yang diusung dalam tema ini yaitu tentang negeri teka-teki hingga dalam babak pertama, yang akan dianalisis yaitu berkenaan dengan HAM yang dengan ini sekaligus Gus Mus mendapatkan award Yap Thian Hien. Analisis superstruktur, wacana yang meliputi alur. Rangkaian kalimat di atas digunakan oleh Host, Najwa Shihab sebagai pemanis pembukaan awal dari episode bersama Gus Mus. Rangkaian kalimat yang sarat akan makna mendalam dan tersirat berbagai sindiran merupakan bagian wajib dalam program acara ini. Analisis struktur mikro, semantik Pada segmen 1 pembukaan Mata Najwa ini Najwa mengagung-agungkan Gus Mus yang sedang menjadi bintang tamu di dalam acaranya. Analisis sintaksis, Dalam kalimat di atas penekanan kalimat oleh penutur terletak pada “banyak teka-teki”. Kata “teka-teki” diletakan di awal kalimat sebagai bentuk penguatan inti pembicaraan. Kajian stilistik, Kata yang menonjol dari percakapan di atas yaitu “lebay”. Dari kata ini Gus Mus merendahkan dirinya ketika membahas isu tentang mengapa dirinya berhak mendapatkan award tersebut. Kajian retoris, jawaban atas teka-teki yang diterima oleh Gus Mus mengapa dirinya mendapatkan award Yap Thian Hien ini. Penggunaan majas metafora ini dimaksudkan untuk memunculkan suasana yang halus namun dengan maksud yang tajam.









DAFTAR PUSTAKA
Baryadi, Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


Darma, Yoce A. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.


Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Wacana : Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung : PT Refika Aditama


Rani, Abdul; Bustanul Arifin; Martutik. 2000. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang : Bayumedia Publishing.


Wijana, Putu Dewa. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta


Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana


Rosidi, Sakban. 2007. Analisis Wacana Kritis sebagai Ragam Paradigma Kajian Wacana. Makalah disajikan pada Sekolah Bahasa, atas prakarsa Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Bahasa, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, 15 Desember 2007.


Shihab, Najwa. 2018. Mata Najwa Part 1 – Gus Mus dan Negeri Teka-Teki. Di ambil dari YouTube: https://www.youtube.com/watch?v=ddEWB8ZEzaY


Tarigan, H. G. 2005. Pengajaran Wacana. Bandung : Penerbit Angkasa


Tomtom, Mohamad. 2014. Analisis Wacana Kritis dalam Iklan Komersil di Televisi. Singaraja. (Skripsi tidak diterbitkan).


Van Dijk, Teun A. 2001. Critical Discourse Analysis, Book 1. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.




DIALOG MATA NAJWA BERTEMA GUS MUS DAN NEGERI TEKA-TEKI
Selamat malam, selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab selaku tuan rumah Mata Najwa. Selalu menggetarkan belajar pada yang ahli, apalagi jika mereka juga rendah hati Gus Mus bukan sekadar ulama yang mumpuni, ia juga budayawan yang memikat tanpa henti Fasih bicara berbagai macam dalil-dalil mahir berkarya dalam aneka seni mutakhir. Kampiun mengkritik dengan teduh tanpa kebencian, dihargai karena membela warga yang dikalahkan. Kepada Gus Mus kita bisa belajar bersama tentang menjadi Islam sekaligus Indonesia. Inilah, Mata Najwa Gus Mus dan  Negeri Teka-Teki.
(Gus Mus membacakan puisinya yang berjudul Negeri Teka-Teki)
Najwa  : K. H Mustofa Bisri, Assalamualaikum Gus.. apa kabar, terima kasih sudah datang, kebahagiaan selalu kehormatan menerima Gus Mus. Sekali lagi dong K. H Mustofa Bisri. Silahkan duduk..
Najwa : jangan tanya mengapa, jangan tanya siapa, jangan tanya siapa-siapa. Tebak saja, tapi malam ini karena sudah ada Gus Mus, ijinkan saya banyak bertanya malam ini Gus.. em, bertanya mungkin diawali dengan puisi tadi “Negeri Teka-Teki” puisi yang Gus Mus sendiri tulis di tahun 1997. Masih relevankah sampai sekarang masihkah banyak teka-teki menyelimuti negeri ini Gus?
Gus Mus : tergantung yang mendengarkan ya.. Nana gimana mendengarnya?
Najwa : banyak teka-teki, karna ini judulnya Gus Mus dan Negeri Teka-Teki. Bertambah banyak teka-teki di negeri ini.
Gus Mus : banyak sekali, bahkan tadi dalam.. saya agak tergoda ketika membaca tadi ingin menambahkan beberapa kata-kata sesuai dengan teka-teki pada masa ini.
Najwa : apa itu Gus
Gus Mus : adalah tadi yang tergoda tapi ndak jadi.
Najwa : oh gitu? Berarti malam ini perlu saya goda terus supaya keluar ide-idenya.. haha
Gus Mus : iya haha
Najwa : negeri teka-teki, yang jelas bukan teka-teki permirsa adalah alasan mengapa tamu spesial kita pada hari ini K. H Mustofa Bisri mendapatkan penghargaan tahun 2017, kita beri tepuk tangan.. baru-baru ini penghargaan itu disematkan dan disebutkan seorang pertama kiai yang menerimanya. Kita lihat tentang Gus Mus berikut ini..
(video tentang Gus Mus memperoleh penghargaan Yap Thian Hien)
Najwa : Gus Mus ketika mendapatkan penghargaan itu terkejut atau tidak?
Gus Mus : yaa terkejut lah..
Najwa : apa yang terlintas di benak ketika itu
Gus Mus : tidak, tidak ada sama sekali
Najwa : jadi, ketika mendapat merasa wahh memang
Gus Mus : ya saya memang pikiran saya ini.. anu yayasan diam-diam agak lebay gitu
Najwa : lebay? Haha
Gus Mus : masak saya mendapatkan penghargaan seperti itu, kan ndak sama dengan Yap Thian Hien yang memang pejuang luar biasa tentang HAM, saya kalah itu
Najwa : lebay jadi mereka?
Gus Mus : iya lebay jadi mereka
Najwa : yang jelas yang bertanggung jawab atas kelebayan betulkah lebay, saya akan bertanya ke ketua yayasan Yap Thian Hien, Todong Mulya Lubis. Selamat malam bang Todong terima kasih sudah hadir
Todong : selamat malam
Najwa : apa alasannya, apakah karena lebay seperti yang tadi disebutkan oleh Gus Mus?
Todong : mudah-mudahan ini tidak lebay jawabannya, tapi buat sebagian mengapa Gus Mus ini mendapatkan Yap Thian Hien award itu dianggap teka-teki juga. Gus Mus ini bukan pejuang hak asasi manusia menurut sebagian, tapi kami meneliti rekan jejak Gus Mus sejak apa yang dilakukan Gus Mus selama hidupnya adalah untuk hak asasi manusia. Walaupun Gus Mus tidak menyebut HAM, membela hak untuk beribadah, membela hak untuk beragama, membela keberagaman, membela kedamaian, menolak semua bentuk korupsi dan sebagainya itu semua alasan-alasan yang kita semua lihat dan tepat menjadikan Gus Mus sebagai penerima Yap Thian Hien award. Dan ingin saya tambahkan, Gus Mus tidak ikut kami sampai sekarang. Gus Mus itu bukan Munier yang berteriak lantang, bukan Konggas anti-imperasial, tapi dari puisi-puisi, khotbah dan semua yang dilakukan oleh Gus Mus, dia memang memberikan sebuah komitmennya untuk membangun Indonesia yang hormat terhadap HAM. Ini adalah antalogi Gus Mus yang saya kita sebagian orang yang tidak tahu itu dan inilah teka-teki yang saya kira sudah saya jawab pada malam ini.
Najwa : teka-teki, teka-teki sudah terjawab oleh Gus Mus yang sejak awal rasanya bukan teka-teki ketika Gus Mus menerima itu. Em, saya membaca Gus.. dalam salah satu kutipan di media, Gus Mus mengaku belajar HAM malah justru dari orang milenial.
Gus Mus : ya saya tahu bahwa  HAM ide dari barat dan segala macam saya baru saja karna saya ya dari dulu nggak sekolah seperti Nana segala macam. Saya hanya orang kampung, di pondokan, dan guru saya orang kampung, kiai kampung dan hanya mengatakan bahwa kamu itu manusia punya hak tapi punya kewajiban, dalam bahasa Arab al-hakku itu bisa berarti hak bisa berarti kewajiban. Guru saya menekankan kepada saya jangan pikir hak, pikirkan kewajibanmu terhadap hak orang lain. Orang lain mempunyai hak sebagai manusia maka hargai itu sebagai tanggung jawabmu.
Najwa : jadi Gus Mus memaknai HAM itu yaa seperti yang diajarkan seperti itu?
Gus Mus : iyahh
Najwa : menghargai kewajiban dan juga menghargai hak orang lain. Penafsiran HAM seperti itu sesuatu yang universalkah bang Todong?
Todong : Hak selalu punya hubungan korelatif dengan kewajiban, jadi tidak ada hak yang tidak punya kewajiban. Jadi saya melihat Gus Mus ini Sufi nah dia memang satu langkah memang diantara kita semua dalam melihat HAM, walaupun mungkin tidak membaca deklarasi HAM di PBB tidak membaca kognam tetapi menurut saya pemahaman Gus Mus ini adalah pemahaman dari pemikir-pemikir HAM yang sudah sangat canggih seperti itu.
Najwa : gimana Gus, sudah sangat canggih pemahaman itu Gus..
Gus Mus : haha nah ini lebay lagi hahahahha...seperti yang saya katakan lagi, saya itu santri pondok, kiai saya kiai kampung. Kiai saya mengatakan, misalnya soal nasionalisme.. saya ndak tahu, saya ndak pernah sekolah umum, nggak ngerti.. isme-isme kan bukan dari sini. Ndak tahu, Cuma guru saya mengatakan kiai saya mengatakan, Indonesia ini rumahmu jaga, rawat gitu.. udah gitu
Najwa : sesederhana itu?
Gus Mus : sesederhana itu, orang yang ada di Indonesia adalah saudara-saudaramu, ada yang mungkin setara Ayahmu, setara Ibumu, setara Pamanmu, setara Adekmu, setara Kakakmu. Ini loh, jaga karna itu ketika sekutu datang ke Surabaya itu kiai-kiai kampung itu mengatakan yaa harus itu fardhu ‘ain itu setiap orang harus melawan. Karna mau mengobrak-ambrik rumah kita. Itu kan sesederhana itu.
Najwa : dan sekarang pun konteksnya kalau ada yang mengobrak-ambrik kita harus melawan.
Gus Mus : nah iya saya kira kalau ada orang melempari rumahnya sendiri, menghancurkan.. itu orang agak gila.. iya
Najwa : hanya orang gila yang..
Gus Mus : atau dia lupa bahwa ini rumah. Ini rumahmu kata kiaiku, ini rumahmu tempat kau dilahirkan tempat kau menghirup udaranya tempat kau bersujud tempat kelak engkau mungkin dikebumikan. Jaga, rawat itu aja.. itu, sesederhana itu.
Najwa : sesederhana itu, jaga dan rawat rumahmu.
Puisi karya Gus Mus yang lahir di tengah gejolak reformasi, Gus Mus berkisah tentang apa teka-taki yang menyelimuti negeri ini sejak masa awal reformasi hingga hari ini. “Jangan tanya apa, jangan tanya siapa, jangan tanya mengapa, tebak saja” menjadi salah satu bait dalam puisi yang lahir di tengah gejolak reformasi tersebut. Bermuatan kritik tajam, namun teduh tanpa kebencian. Sebagai ulama pertama yang meraih penghargaan Yap Thian Hien, Gus Mus dinilai memiliki cara tersendiri dalam memperjuangkan HAM dan keberagaman. “Manusia punya hak tapi punya kewajiban, jangan hanya berpikir hak, tapi pikirkan kewajibanmu terhadap hak orang lain. Orang lain mempunyai hak sebagai manusia maka hargailah itu sebagai tanggung jawabmu,”ujar Gus Mus. (Narasi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar