Pendidikan
Indonesia: Menghasilkan Orang Pintar Bukan Orang Terdidik
Dalam suatu perkembangan pendidikan
di Indonesia, banyak sekali masalah yang muncul dalam dunia pendidikan. Menurut
Komisioner Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Susano menilai, Jokowi-JK memiliki
pekerjaan rumah yang cukup berat dalam pemerintahannya nanti. Khususnya
pekerjaan rumah di bidang pendidikan. Syarat pertamanya yaitu harus memiliki
konsep yang bagus tentang pendidikan karakter dan strategi yang besar dalam
menerapkan karakter pendidikan itu sendiri. Karena pendidikan sekarang ini hanya
menghasilkan orang-orang yang pintar saja bukan orang yang terdidik melalui
attitudenya.
Saat ini banyak sekali terjadi
tindakan-tindakan yang memalukan di negeri ini seperti korupsi, suap dan masih
banyak lagi. Namun, anehnya para pelaku tindakan kejahatan tersebut adalah
orang-orang pintar yang bergelar sarjana dari berbagai lulusan universtas yang
ternama. Melihat fenomena-fenomena yang terjadi saat ini, sepertinya ada yang
salah dengan pola pendidikan formal di Indonesia dan semestinya harus dikaji
ulang. Hal inilah yang menjadi masalah pokok yang paling utama bagi perkembangan
suatu bangsa. Banyak sekali masyarakat miskin yang kurang akan pendidikan yang
bekerja keras untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan tinggi untuk bisa
menaikkan derajat kehidupannya meskipun hanya tamat lulusan sd maupun smp,
sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi hingga sarjana dari berbagai lulusan
Universitas ternama masih melakukan tindakan kecurangan di dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya di pemerintahan. Dari hal ini masalah pendidikan di
Indonesia masih belum bisa diatasi.
Pola pendidikan formal saat ini
hanya mengajarkan ilmu-ilmu dunia sehingga banyak menghasilkan orang-orang
pintar tetapi sayangnya mereka tidak terdidik dan memiliki budi pekerti yang
lemah. Akibatnya orang-orang pintar tersebut malah menjadi orang yang bejat,
maling dan penindak kaum yang lemah. Seharusnya pendidikan di Indonesia juga mengedepankan
moral, perilaku serta ketaatan dalam menjalankan segala urusan dalam keagamaan,
dengan begitu moral yang bagus akan terbentuk mulai dari sejak dini atau mulai
dari sejak pertama masuk sekolah. Karena seharusnya merekalah yang menjadi
penolong dan pemimpin yang baik untuk menciptakan kemaslahatan bagi orang
banyak.
Terlebih lagi, saat ini banyak
sekali orang-orang yang berpendidikan tinggi dan mengaku beragama, tetapi
tindakan mereka sangat memalukan dan meresahkan masyarakat sekitar. Contohnya
adalah, para dewan yang ‘’katanya’’ terhormat banyak yang tertangkap tangan
melakukan korupsi atau penyuapan. Parahnya lagi tindakan tersebut dilakukan
bersama-sama dengan teman-teman mereka yang juga “katanya” terhormat. Bukankah mereka
malu dengan tindakan tersebut, apakah mereka tidak mengetahui atau tidak pernah
diajari bahwa memakan uang yang bukan haknya adalah perbuatan dosa dan haram
hukumnya bagi mereka dan keluarganya. Sungguh sangat ironis lulusan
pendidikan Indonesia saat ini, mereka hanya memikirkan harta di dunia saja dan
tidak memikirkan apa yang mereka perbuat akan dipertanggungjawabkan kelak di
akhirat.
Oleh karena itu, sistem
pendidikan formal yang ada saat ini harus segera direvisi dengan tidak hanya
mementingkan hasil, tetapi lebih mementingkan suatu proses untuk mencapai suatu
keberhasilan. Sistem pembelajarannya yang tidak hanya terus-menerus
siswa-siswinya dimasuki materi-materi yang ada, tetapi siswa juga harus ikut berperan
aktif dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya gurunya saja yang menerangkan
tetapi siswanya juga ikut berpartisipasi untuk menyatakan argumen atau
pendapatnya. Supaya para siswa memiliki nilai-nilai karakter yang
diinternalisasilan dalam diri setiap siswa. Agar sistem pendidikan yang hanya
mengandalkan nilai ilmu pengetahuan tidak lagi mencetak orang-orang pintar yang
memintari, tetapi dengan adanya dorongan moral dan keaktifan siswa sistem pendidikan
di Indonesia akan menjadi
orang-orang pintar yang mendidik.
kesimpulan dari teks diatas?
BalasHapus