Minggu, 01 November 2020

PENDAPAT MENGENAI NASKAH MEGA-MEGA KARYA ARIFIN C. NOER MELALUI KRITIK SOSIAL


Jika kalian mengetahui atau pernah menonton drama Mega-Mega,  inilah kritik yang akan saya ambil yaitu kritik sosial. Mega-Mega karya Arifin C. Noer ini merupakan salah satu drama yang menggambarkan perilaku yang terjadi pada masyarakat urban. Perilaku masyarakat urban pada tahun 1966 ini dapat digambarkan melalui drama Mega-Mega berdasarkan perilaku yang dihadirkan oleh para tokoh di dalam cerita ini. 

Suatu karya sastra khususnya drama merupakan karya sastra yang diadaptasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Sebagai contohnya karya Mega-Mega ini merupakan bentuk adaptasi dari kehidupan para orang-orang pinggiran  atau orang jalanan di kota Jogjakarta. Cerita ini diadaptasi dari cerita kehidupan nyata di Jogjakarta pada tahun 1966 dan naskah ini sangat fleksibel untuk ukuran drama yang bisa dimainkan beratus-ratus tahun karena naskah ini banyak mengandung pesan dan berbagai kritik mulai dari sosial, politik, ekonomi dan masih banyak lagi. 

Naskah ini sangat menarik sekali dalam pengemasannya. Genre komedi yang ada dalam naskah ini juga sangat menyentuh hati, meskipun mereka orang-orang pinggiran yang tidak memiliki hubungan darah tetapi mereka adalah keluarga. Keluarga yang memiliki keinginan untuk bahagia seperti kebanyakan orang pada umumnya dan saling memaklumi sifat satu sama lain. Kritik sosial dalam drama ini sangat kental sekali, sering kali terjadi dalam setiap dialog atau percakapan dalam tokoh jika diamati sangat mengandung pesan maupun kritikan terhadap pemerintah, sesama manusia, dan terhadap kemiskinan. 

Beberapa kutipan sangat ketara dalam drama ini, salah satunya yaitu terdapat dalam babak II dalam naskah drama yaitu ketika si Koyal bertanya kepada Hamung “ke mana, Mung?” dan Hamung menjawab “kemana saja” lalu disambungkan dengan Ma’e yang menjawab dengan spontan “ke tempat kita sering dihina orang” kutipan percakapan ini yaitu menggambarkan bahwa kehidupan mereka yang keras yang selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang lebih mumpuni dibanding mereka, mereka yang selalu di hina dimana pun mereka berada sehingga mereka tidak punya ruang untuk bernaung mengeluarkan keluh kesah dan betapa kerasnya hidup yang mereka jalani. Tidak dipungkiri lagi bahwa mereka orang-orang pinggiran yang dianggap demikian oleh masyarakat atas, pejabat, pemerintah dan orang-orang tinggi lainnya mereka hanya saja tidak kebagian ruang seperti mereka yang sudah diatas level sehingga bernasib tidak baik dibandingkan dengan mereka yang sudah bernasib baik. 

Dari naskah dan drama ini kita dapat melihat dan dapat berfikir siapa di sini yang salah, apakah pemerintah yang mengacuhkan mereka atau kita sendiri yang tak menganggap atau tidak merangkul mereka sebagaimana mestinya orang saling berbagi kasih dan tolong menolong. Tingginya angka kejahatan juga mempengaruhi tingkat lapangan pekerjaan dan juga yang terpenting yaitu soal pendidikan siapa yang mau menerima orang yang jalanan yang tidak punya rumah dan identitas seperti mereka, pemerintah tidak memperhatikan hal-hal kecil semacam itu. Banyak yang mengakibatkan mereka terjun ke jalanan karena beberapa aspek mulai dari ditinggal orang tua, keluarga, rumah terbakar dan lain-lain. Tapi kami sebagai sesama manusia acuh tak peduli kepada mereka apakah mereka waras atau tidak kita tidak tahu karena penampilan merekalah yang mengubah pola pemikiran kita sampai sejauh ini yang menganggap mereka remeh dan tak berguna sama sekali. Yang hanya kita tahu yaitu kita tidak pernah mengganggu kehidupan yang mereka jalani itu. 

Jika pemerintah dan kita bisa merangkul mereka, pasti setidaknya angka kejahatan akan menurun karena sebenarnya mereka punya hati dan pemikiran, punya cita-cita untuk hidup normal seperti kebanyakan orang pada umumnya dan tidak dianggap remeh oleh orang kalangan di atas mereka. Memang ada komunitas maupun orang-orang yang peduli dengan masalah seperti ini, namun jumlahnya sangat minim terbatas. Sehingga alangkah baiknya untuk pemerintah mengatasi masalah seperti ini dengan terjun langsung mengamati serta merangkul dan merealisasikan apa yang mereka mau dan setidaknya membuka sekolah gratis yang bisa mendidik mereka untuk bisa membuat mimpi-mimpi mereka terwujud nyata bukan hanya dalam dunia khayal mereka sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar