BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Drama panggung musikal atau lebih singkatnya musikal,
merupakan kebudayaan yang cukup baru di Jepang. kebudayaan ini baru berkembang
ketika tahun 2000an dengan maraknya musikal adaptasi anime dan manga di Jepang.
Drama panggung di Jepang sendiri sudah lama dikenal oleh masyarakat Jepang, lewat
kabuki serta seni panggung tradisional lainnya.
Berbicara
tentang kebudayaan Jepang, ada banyak hal yang bisa membuat kita semua kagum.
Negara-negara di dunia memang diciptakan berbeda, lengkap dengan kebudayaan
yang juga berbeda. Jepang unik, begitupun dengan negara-negara lain, termasuk
Indonesia. Secara garis besar, kebudayaan yang ada di banyak negara memiliki
"payung" yang sama. Seperti tarian, musik, pertunjukkan teater, cerita rakyat, mitologi,
pakaian khas dan hal-hal lain yang umum. Kebudayaan Jepang pun demikian.
Di antara sekian banyak produk kebudayaan Jepang, sajian menarik berupa pertunjukkan teater menjadi salah satu andalan negara sakura ini. Teater yang dimiliki oleh kebudayaan Jepang ini pada dasarnya hampir sama dengan teater yang ada di Indonesia. Namun, penggunaan berbagai perlengkapan separti kostum, make up dan bahasa saja yang tentu saja berbeda.
Kabuki merupakan salah satu kebudayaan Jepang yang termasuk jenis seni teater karena memiliki unsur cerita yang dipadukan dengan seni tari dan musik. Dalam pertunjukan kabuki, seluruh peran dimainkan laki-laki, termasuk peran perempuan. Para pemain mengenakan kostum mencolok dan sangat mewah. Make-up-nya terbilang dramatis untuk menonjolkan sifat dan karakter tokoh. Penting kiranya untuk membedah nilai-nilai yaang terkandung dalam budaya Jepang, salah satunya adalah Kabuki sebagai karya seni yang merupakan bagian kebudayaan Jepang.
Di antara sekian banyak produk kebudayaan Jepang, sajian menarik berupa pertunjukkan teater menjadi salah satu andalan negara sakura ini. Teater yang dimiliki oleh kebudayaan Jepang ini pada dasarnya hampir sama dengan teater yang ada di Indonesia. Namun, penggunaan berbagai perlengkapan separti kostum, make up dan bahasa saja yang tentu saja berbeda.
Kabuki merupakan salah satu kebudayaan Jepang yang termasuk jenis seni teater karena memiliki unsur cerita yang dipadukan dengan seni tari dan musik. Dalam pertunjukan kabuki, seluruh peran dimainkan laki-laki, termasuk peran perempuan. Para pemain mengenakan kostum mencolok dan sangat mewah. Make-up-nya terbilang dramatis untuk menonjolkan sifat dan karakter tokoh. Penting kiranya untuk membedah nilai-nilai yaang terkandung dalam budaya Jepang, salah satunya adalah Kabuki sebagai karya seni yang merupakan bagian kebudayaan Jepang.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu Kabuki?
2.
Apa saja keunikan dari teater Kabuki?
3.
Nilai apa saja yang terdapat di Kabuki?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui apa itu Kabuki, bagaimana sejarah
singkatnya.
2.
Untuk mengetahui keunikan apa saja yang ada di Kabuki
yang menjadi pembeda dengan teater lain.
3.
Untuk mengetahui nilai apa saja yang terkandung dalam
pementasan Kabuki.
BAB II
ISI
A.
Sejarah Kabuki
Kabuki adalah
salah satu bagian kebudayaan Jepang. Kabuki dalam perkembangannya mengalami
perubahan dan tetap eksis dalam masa modernisasi. Kabuki ini memiliki makna
yang mampu menginspirasi masyarakat Jepang sehingga harus tetap dilestarikan.
Kabuki adalah teater Jepang yang menggabungkan karakter lagu, tari dan aksi
tindakan yang diwariskan secara turun-temurun dari bapak ke anak lelaki dalam
suatu keluarga.
Sejarah kabuki dimulai
tahun 1603 dengan pertunjukan dramatari yang dibawakan wanita bernama Okuni di
kuil Kitano Temmangu , Kyoto. Kemungkinan besar Okuni adalah seorang miko asal
kuil Izumo Taisha , tapi mungkin juga seorang kawaramono (sebutan
menghina buat orang kasta rendah yang tinggal di tepi sungai). Identitas Okuni
yang benar tidak dapat diketahui secara pasti. Tari yang dibawakan Okuni
diiringi dengan lagu yang sedang populer. Okuni juga berpakaian mencolok
seperti laki-laki dan bertingkah laku tidak wajar seperti orang aneh
(kabukimono), sehingga lahir suatu bentuk kesenian garda depan (avant garde).
Pertunjukkan
Kabuki biasanya lebih dikenal di kalangan masyarakat menengah.
Pada awalnya, pertunjukan ini diperankan baik oleh laki – laki maupun
perempuan. Akan tetapi, para pemain kabuki perempuan banyak yang mengalami
pelecehan dan menjadi lebih populer dengan prostitusi dan tarian – tarian yang
sensual. Hal ini lah yang pada akhirnya menyebabkan adanya larangan bagi
perempuan untuk bermain seni peran tersebut. Peran perempuan dalam Kabuki
diperankan oleh laki – laki yang disebut “onnagata”. Setelah perempuan
dilarang untuk bermain lakon di teater ini oleh pemerintah, Izumo-no-Okuni
kembali ke Izumo dan tinggal di kuil kecil dengan Izumo Taisha.
Seiring
dengan waktu, pertunjukan teater kabuki semakin berkualitas. Apresiasi dari
pemerintah dan kalangan kelas atas yang semakin meningkat, tetater
ini menjadi semakin populer di Jepang. Selama Perang Dunia II, teater
ini mengalami kerugian yang luar biasa besar dan kehilangan banyak
pemainnya. Butuh waktu beberapa dekade untuk memulihkan dan melatih jumlah aktor
yang memadai untuk menggantikan mereka yang menjadi korban perang. Pada saat
ini, seni teater Kabuki masih cukup terkenal dan cukup sering dipentaskan di
Jepang. Para aktor – aktor Kabuki masih terus memainkan dan mementaskan seni
drama ini untuk menjaga kelestarian budaya mereka.
B. Keunikan
dari Teater Kabuki
Keunikan
dari teater Kabuki yaitu dilihat dari unsur musik pengiringnya, dalam seni
teater kabuki ini menggunakan beberapa macam instrumen musik sebagai pengiring,
diantaranya yaitu taiko seperti gendang, kemudian shamisen yang merupakan alat
musik khas jepang yang menyerupai gitar namun hanya bersenar tiga, dan ada juga
tsuzumi yang hampir serupa dengan genderang yang dipukul tangan. Selain
instrumen ada pun jenis musik yang digolongkan menjadi tiga yaitu (1) Osatsume:
merupakan ekspresi musik yang muncul hanya pada adegan yang menakutkan; (2)
Kiyomoto: merupakan ekspresi musik yang digunakan untuk pengiring narasi; (3)
Nagauta: merupakan nyanyian indah yang disajikan dalam berbagai alur cerita yang
merupakan musik terpenting dalam pertunjukkan seni teater kabuki. Selain ketiga
musik tersebut tidak lupa juga salah satu musik yang terpenting dalam kabuki
yakni Hyosigi. Hyosigi ini merupakan musik yang dimainkan saat layar dibuka dan
juga saat penutupan layar.
Selanjutnya yaitu dilihat dari unsur pemainnya,
seperti yang sudah dijelaskan diawal pemeran seni teater kabuki saat ini
semuanya adalah pria dewasa, namun dalam pertunjukkan ada beberapa pemain pria
yang memerankan peran sebagai wanita. Peran wanita ini disebut juga onnagata
atau tateoyama. Dari peran wanita terdapat 3 tingkatan dalam seni teater kabuki
yaitu :
a) Hime dan machimusume: atau yang kita kenal
sebagai wanita muda.
b) Okugata dan sewayobo: atau kita kenal
sebagai wanita dewasa.
c) Fukeoyama: atau kita kenal sebagai wanita
tua.
Selain itu pada seni teater tradisional kabuki ini ada
juga 2 jenis peran dasar yaitu wagoto dan aragoto. Wagoto merupakan jenis dasar
seni teater tradisional kabuka yang mencerminkan tentang realitas kehidupan masyarakat
kota Jepang yang berkembang di daerah Kansai. Karakter utamanya bersifat
naturalisme dan inti ceritanya menceritakan tentang kisah cinta antara pria dan
wanita. Sedangkan Aragoto merupakan jenis peran yang menggambarkan semangat
masyarakat kota di daerah Edo. Aragoto ini bersifat antagonis seperti sombong,
kasar dan keras kepala. Peran Aragoto ini biasanya dipakai ke dalam cerita
kepahlawanan, semangat yang berkobar, kegagahan, sehingga hampir tidak terlihat
unsur lemah lembutnya sama sekali alias bertentangan dengan Wagoto. Oleh sebab
itu pada make up pemain Aragoto ini biasanya dibuat warna merah terang, hitam,
dan biru. Warna-warna tersebut biasa disebut kumadori yang diyakini oleh
masyarakat Jepang melambangkan kekuatan manusia yang sangat besar.
Keunikan selanjutnya yaitu pada panggung pementasan seni teater tradisional
kabuki ini terdapat 6 bagian utama yaitu:
a) Atoza : merupakan
bagian belakang panggung. Tempat ini diisi oleh para pemain musik pengiring
yang biasa disebut ayashikata.
b) Wakiza : merupakan
bagian samping kanan panggung. Tempat ini diisi oleh penyanyi yang biasanya
berjumlah sekitar 8 atau 9 orang.
c) Honbutai
: merupakan
panggung utama, tempat dimana pertunjukan kabuki berlangsung.
d) Hanamichi :
merupakan panggung yang terletak sebelah kiri dan kanan yang berupa lorong
panjang hingga menerobos diantara kursi penonton, namun pada umumnya yang
sering digunakan bagian sebelah kiri.
e) Mawari
Butai : merupakan panggung yang bisa berputar dan digerakkan oleh petugas dari
bawah panggung, namun saat ini karena sudah canggih panggung digerakkan oleh
tenaga listrik. Mawari Butai ini berfungsi untuk mengganti peralihan babak atau
latar belakang dengan cepat.
f) Oozeri : merupakan
panggung mini yang sudah dipersiapkan diawal untuk akses naik turun para lakon
seni teater kabuki.
Jika dilihat dari unsur penggunaan dialog, dalam seni teater tradisional
kabuki ini fungsi dialog adalah untuk memperjelas serta mengekspresikan setiap
adegan dengan jelas. Unsur dialog dalam seni teater kabuki ini mulai banyak
dikenal dikarenakan akibat dari larangan pemerintahan Bufuku yang tidak
mengizinkan adanya tarian serta lagu yang membangkitkan nafsu birahi. Oleh
karena itu munculah dilog yang memperkuat ekspresi yang dilakukan masih dalam
batas wajar. Dari dialog tersebut munculah cerita aragoto yang dibuat oleh
Ichikawa Danjuro dengan naskah pertamanya yang berjudul “Shintenno Osamadachi”.
Dialog ini ditampilkan pertama kali di Edo pada tahun 1637.
Dan yang terakhir yaitu, kostum yang super-mewah, make-up yang mencolok
(kumadori), serta penggunaan peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus
di panggung. Make-up menonjolkan sifat dan suasana hati tokoh yang dibawakan
aktor. Kebanyakan lakon mengambil tema masa abad pertengahan atau zaman Edo,
dan semua aktor, sekalipun yang memainkan peranan sebagai wanita, adalah pria.
C.
Nilai yang Terkandung dalam Pementasan Kabuki
Kategori nilai dalam Drama Kabuki adalah sebagai
berikut :
a.
Nilai Estetis
Nilai Estetis ini tercermin dalam keseluruhan pementasan
Kabuki dari musik pengiring, taritarian, peran, dan panggung. Musik menunjang
gerakan para pemeran sesuai dengan tema cerita sehingga terjadi keindahan yang
harmonis. Tata panggung, warna, dan make up yang sesuai dengan tema cerita
memiliki peranan yang penting dalam memperindah dan menyempurnakan pementasan
Kabuki. Ronald Cavaye (1993:74) menegaskan bahwa musik merupakan sesuatu unsur
yang sangat penting dalam Kabuki.
b.
Nilai Sosial
Nilai sosial ini ditunjukkan oleh adanya keharmonisan
dalam keseluruhan pementasan drama Kabuki ini. Pemeran wanita tua memiliki tanggung
jawab terhadap pemeran yang lebih muda. Artinya bahwa kesuksesan dan
kesempurnaan dalam pementasan Kabuki ini ditentukan oleh adanya kerjasama dan
tanggung jawab dari para pemeran.
c.
Nilai Kepahlawanan
Nilai kepahlawan tercermin dalam tema cerita dan peran
para pemain. Nilai kepahlawanan ini ditunjukkan oleh peran yang dimainkan oleh
pemain dengan tema yang ada.
d.
Nilai cinta
Nilai cinta ini tercermin dalam tema cerita yang
diperankan para pemain dalam pementasan Drama Kabuki ini. Dalam pementasan
terdapat suatu kekeluargaan yang terjalin karena terlalu seringnya berkumpul
dalam suatu wadah seni yang sama.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kabuki adalah teater Jepang yang
menggabungkan karakter lagu, tari dan aksi tindakan yang diwariskan secara
turun-temurun dari bapak ke anak lelaki dalam suatu keluarga. Keunikan
dari teater Kabuki yaitu dilihat dari unsur musik pengiringnya, dalam seni
teater kabuki ini menggunakan beberapa macam instrumen musik sebagai pengiring;
unsur
pemainnya, seperti yang sudah dijelaskan diawal pemeran seni teater kabuki saat
ini semuanya adalah pria dewasa, namun dalam pertunjukkan ada beberapa pemain
pria yang memerankan peran sebagai wanita; Keunikan selanjutnya yaitu pada
panggung pementasan seni teater tradisional kabuki ini terdapat 6 bagian utama;
Jika dilihat dari unsur penggunaan dialog, dalam seni teater tradisional kabuki
ini fungsi dialog adalah untuk memperjelas serta mengekspresikan setiap adegan
dengan jelas; kostum yang super-mewah, make-up yang mencolok (kumadori), serta
penggunaan peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus di panggung.
Make-up menonjolkan sifat dan suasana hati tokoh yang dibawakan aktor. Kategori
nilai yang terkandung dalam Kabuki yaitu ada nilai estetik yang ditumbulkan
karena pementasannya, nilai sosial yang menunjukan keharmonisan dalam seluruh
pementasan Kabuki ini, nilai kepahlawanan ditunjukan dengan tema yang
dibawakan, dan yang terakhir yaitu nilai cinta yang didasarkan atas unsur
kekeluargaan yang terjalin karena berada dalam satu wadah seni.
B.
Saran
Kita sebagai
penerus bangsa Indonesia mempunyai kewajiban untuk menjaga,
memelihara dan melestarikan budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun
budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari kepribadian bangsa seperti
apa yang ada dalam makalah ini kebudayaan di Jepang sangat di jaga dan
dilestarikan supaya tidak tergeser seiring berkembangnya IPTEK.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsih,
Sri. Tth. E-Jurnal Nilai-Nilai dalam
Kabuki di Jepang. Diambil dari: file:///C:/Users/User/Downloads/15462-37305-1-PB.pdf
Renariah.
2008. Kabuki. Diambil dari: file:///C:/Users/User/Downloads/S1-2013-267967-introduction.pdf
Triana,
Tantri. 2015. KABUKI
: KESENIAN TEATER KHAS NEGARA TIRAI BAMBU. Diambil
dari: http://kumpulan-jurnal-keren.blogspot.co.id/2015/01/jurnal-tentang-kabuki_5.html
Chuumon, Nakama no. 2017. Uniknya Budaya
Jepang Kabuki: Tarian atau Seni Teater. Diambil dari: http://uniknyajepang.blogspot.co.id/2017/02/uniknya-budaya-jepang-kabuki-tarian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar