Selasa, 31 Maret 2020

KEBUDAYAAN KABUKI, KESENIAN TEATER ASAL JEPANG



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Drama panggung musikal atau lebih singkatnya musikal, merupakan kebudayaan yang cukup baru di Jepang. kebudayaan ini baru berkembang ketika tahun 2000an dengan maraknya musikal adaptasi anime dan manga di Jepang. Drama panggung di Jepang sendiri sudah lama dikenal oleh masyarakat Jepang, lewat kabuki serta seni panggung tradisional lainnya.
Berbicara tentang kebudayaan Jepang, ada banyak hal yang bisa membuat kita semua kagum. Negara-negara di dunia memang diciptakan berbeda, lengkap dengan kebudayaan yang juga berbeda. Jepang unik, begitupun dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia. Secara garis besar, kebudayaan yang ada di banyak negara memiliki "payung" yang sama. Seperti tarian, musik, pertunjukkan teater, cerita rakyat, mitologi, pakaian khas dan hal-hal lain yang umum. Kebudayaan Jepang pun demikian.
Di antara sekian banyak produk kebudayaan Jepang, sajian menarik berupa pertunjukkan teater menjadi salah satu andalan negara sakura ini. Teater yang dimiliki oleh kebudayaan Jepang ini pada dasarnya hampir sama dengan teater yang ada di Indonesia. Namun, penggunaan berbagai perlengkapan separti kostum, make up dan bahasa saja yang tentu saja berbeda.
Kabuki merupakan salah satu kebudayaan Jepang yang termasuk jenis seni teater karena memiliki unsur cerita yang dipadukan dengan seni tari dan musik. Dalam pertunjukan kabuki, seluruh peran dimainkan laki-laki, termasuk peran perempuan. Para pemain mengenakan kostum mencolok dan sangat mewah. Make-up-nya terbilang dramatis untuk menonjolkan sifat dan karakter tokoh. Penting kiranya untuk membedah nilai-nilai yaang terkandung dalam budaya Jepang, salah satunya adalah Kabuki sebagai karya seni yang merupakan bagian kebudayaan Jepang.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu Kabuki?
2.      Apa saja keunikan dari teater Kabuki?
3.      Nilai apa saja yang terdapat di Kabuki?

C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui apa itu Kabuki, bagaimana sejarah singkatnya.
2.      Untuk mengetahui keunikan apa saja yang ada di Kabuki yang menjadi pembeda dengan teater lain.
3.      Untuk mengetahui nilai apa saja yang terkandung dalam pementasan Kabuki.



BAB II
ISI

A.    Sejarah Kabuki
Kabuki adalah salah satu bagian kebudayaan Jepang. Kabuki dalam perkembangannya mengalami perubahan dan tetap eksis dalam masa modernisasi. Kabuki ini memiliki makna yang mampu menginspirasi masyarakat Jepang sehingga harus tetap dilestarikan. Kabuki adalah teater Jepang yang menggabungkan karakter lagu, tari dan aksi tindakan yang diwariskan secara turun-temurun dari bapak ke anak lelaki dalam suatu keluarga.
Sejarah kabuki dimulai tahun 1603 dengan pertunjukan dramatari yang dibawakan wanita bernama Okuni di kuil Kitano Temmangu , Kyoto. Kemungkinan besar Okuni adalah seorang miko asal kuil Izumo Taisha , tapi mungkin juga seorang kawaramono (sebutan menghina buat orang kasta rendah yang tinggal di tepi sungai). Identitas Okuni yang benar tidak dapat diketahui secara pasti. Tari yang dibawakan Okuni diiringi dengan lagu yang sedang populer. Okuni juga berpakaian mencolok seperti laki-laki dan bertingkah laku tidak wajar seperti orang aneh (kabukimono), sehingga lahir suatu bentuk kesenian garda depan (avant garde).
Pertunjukkan Kabuki biasanya lebih dikenal di kalangan masyarakat menengah. Pada awalnya, pertunjukan ini diperankan baik oleh laki – laki maupun perempuan. Akan tetapi, para pemain kabuki perempuan banyak yang mengalami pelecehan dan menjadi lebih populer dengan prostitusi dan tarian – tarian yang sensual. Hal ini lah yang pada akhirnya menyebabkan adanya larangan bagi perempuan untuk bermain seni peran tersebut. Peran perempuan dalam Kabuki diperankan oleh laki – laki yang disebut “onnagata”. Setelah perempuan dilarang untuk bermain lakon di teater ini oleh pemerintah, Izumo-no-Okuni kembali ke Izumo dan tinggal di kuil kecil dengan Izumo Taisha.
Seiring dengan waktu, pertunjukan teater kabuki semakin berkualitas. Apresiasi dari pemerintah dan kalangan kelas atas yang semakin meningkat, tetater ini menjadi semakin populer di Jepang. Selama Perang Dunia II, teater ini mengalami kerugian yang luar biasa besar dan kehilangan banyak pemainnya. Butuh waktu beberapa dekade untuk memulihkan dan melatih jumlah aktor yang memadai untuk menggantikan mereka yang menjadi korban perang. Pada saat ini, seni teater Kabuki masih cukup terkenal dan cukup sering dipentaskan di Jepang. Para aktor – aktor Kabuki masih terus memainkan dan mementaskan seni drama ini untuk menjaga kelestarian budaya mereka.

B.     Keunikan dari Teater Kabuki
Keunikan dari teater Kabuki yaitu dilihat dari unsur musik pengiringnya, dalam seni teater kabuki ini menggunakan beberapa macam instrumen musik sebagai pengiring, diantaranya yaitu taiko seperti gendang, kemudian shamisen yang merupakan alat musik khas jepang yang menyerupai gitar namun hanya bersenar tiga, dan ada juga tsuzumi yang hampir serupa dengan genderang yang dipukul tangan. Selain instrumen ada pun jenis musik yang digolongkan menjadi tiga yaitu (1) Osatsume: merupakan ekspresi musik yang muncul hanya pada adegan yang menakutkan; (2) Kiyomoto: merupakan ekspresi musik yang digunakan untuk pengiring narasi; (3) Nagauta: merupakan nyanyian indah yang disajikan dalam berbagai alur cerita yang merupakan musik terpenting dalam pertunjukkan seni teater kabuki. Selain ketiga musik tersebut tidak lupa juga salah satu musik yang terpenting dalam kabuki yakni Hyosigi. Hyosigi ini merupakan musik yang dimainkan saat layar dibuka dan juga saat penutupan layar.
Selanjutnya yaitu dilihat dari unsur pemainnya, seperti yang sudah dijelaskan diawal pemeran seni teater kabuki saat ini semuanya adalah pria dewasa, namun dalam pertunjukkan ada beberapa pemain pria yang memerankan peran sebagai wanita. Peran wanita ini disebut juga onnagata atau tateoyama. Dari peran wanita terdapat 3 tingkatan dalam seni teater kabuki yaitu :
a) Hime dan machimusume: atau yang kita kenal sebagai wanita muda.
b) Okugata dan sewayobo: atau kita kenal sebagai wanita dewasa.
c) Fukeoyama: atau kita kenal sebagai wanita tua.
Selain itu pada seni teater tradisional kabuki ini ada juga 2 jenis peran dasar yaitu wagoto dan aragoto. Wagoto merupakan jenis dasar seni teater tradisional kabuka yang mencerminkan tentang realitas kehidupan masyarakat kota Jepang yang berkembang di daerah Kansai. Karakter utamanya bersifat naturalisme dan inti ceritanya menceritakan tentang kisah cinta antara pria dan wanita. Sedangkan Aragoto merupakan jenis peran yang menggambarkan semangat masyarakat kota di daerah Edo. Aragoto ini bersifat antagonis seperti sombong, kasar dan keras kepala. Peran Aragoto ini biasanya dipakai ke dalam cerita kepahlawanan, semangat yang berkobar, kegagahan, sehingga hampir tidak terlihat unsur lemah lembutnya sama sekali alias bertentangan dengan Wagoto. Oleh sebab itu pada make up pemain Aragoto ini biasanya dibuat warna merah terang, hitam, dan biru. Warna-warna tersebut biasa disebut kumadori yang diyakini oleh masyarakat Jepang melambangkan kekuatan manusia yang sangat besar.
Keunikan selanjutnya yaitu pada panggung pementasan seni teater tradisional kabuki ini terdapat 6 bagian utama yaitu:
a) Atoza : merupakan bagian belakang panggung. Tempat ini diisi oleh para pemain musik pengiring yang biasa disebut ayashikata.
b) Wakiza : merupakan bagian samping kanan panggung. Tempat ini diisi oleh penyanyi yang biasanya berjumlah sekitar 8 atau 9 orang. 
c) Honbutai : merupakan panggung utama, tempat dimana pertunjukan kabuki berlangsung.
d) Hanamichi : merupakan panggung yang terletak sebelah kiri dan kanan yang berupa lorong panjang hingga menerobos diantara kursi penonton, namun pada umumnya yang sering digunakan bagian sebelah kiri.
e) Mawari Butai : merupakan panggung yang bisa berputar dan digerakkan oleh petugas dari bawah panggung, namun saat ini karena sudah canggih panggung digerakkan oleh tenaga listrik. Mawari Butai ini berfungsi untuk mengganti peralihan babak atau latar belakang dengan cepat. 
f) Oozeri : merupakan panggung mini yang sudah dipersiapkan diawal untuk akses naik turun para lakon seni teater kabuki.
Jika dilihat dari unsur penggunaan dialog, dalam seni teater tradisional kabuki ini fungsi dialog adalah untuk memperjelas serta mengekspresikan setiap adegan dengan jelas. Unsur dialog dalam seni teater kabuki ini mulai banyak dikenal dikarenakan akibat dari larangan pemerintahan Bufuku yang tidak mengizinkan adanya tarian serta lagu yang membangkitkan nafsu birahi. Oleh karena itu munculah dilog yang memperkuat ekspresi yang dilakukan masih dalam batas wajar. Dari dialog tersebut munculah cerita aragoto yang dibuat oleh Ichikawa Danjuro dengan naskah pertamanya yang berjudul “Shintenno Osamadachi”. Dialog ini ditampilkan pertama kali di Edo pada tahun 1637. 
Dan yang terakhir yaitu, kostum yang super-mewah, make-up yang mencolok (kumadori), serta penggunaan peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus di panggung. Make-up menonjolkan sifat dan suasana hati tokoh yang dibawakan aktor. Kebanyakan lakon mengambil tema masa abad pertengahan atau zaman Edo, dan semua aktor, sekalipun yang memainkan peranan sebagai wanita, adalah pria.

C.     Nilai yang Terkandung dalam Pementasan Kabuki
Kategori nilai dalam Drama Kabuki adalah sebagai berikut :
a.       Nilai Estetis
Nilai Estetis ini tercermin dalam keseluruhan pementasan Kabuki dari musik pengiring, taritarian, peran, dan panggung. Musik menunjang gerakan para pemeran sesuai dengan tema cerita sehingga terjadi keindahan yang harmonis. Tata panggung, warna, dan make up yang sesuai dengan tema cerita memiliki peranan yang penting dalam memperindah dan menyempurnakan pementasan Kabuki. Ronald Cavaye (1993:74) menegaskan bahwa musik merupakan sesuatu unsur yang sangat penting dalam Kabuki.
b.      Nilai Sosial
Nilai sosial ini ditunjukkan oleh adanya keharmonisan dalam keseluruhan pementasan drama Kabuki ini. Pemeran wanita tua memiliki tanggung jawab terhadap pemeran yang lebih muda. Artinya bahwa kesuksesan dan kesempurnaan dalam pementasan Kabuki ini ditentukan oleh adanya kerjasama dan tanggung jawab dari para pemeran.
c.       Nilai Kepahlawanan
Nilai kepahlawan tercermin dalam tema cerita dan peran para pemain. Nilai kepahlawanan ini ditunjukkan oleh peran yang dimainkan oleh pemain dengan tema yang ada.
d.      Nilai cinta
Nilai cinta ini tercermin dalam tema cerita yang diperankan para pemain dalam pementasan Drama Kabuki ini. Dalam pementasan terdapat suatu kekeluargaan yang terjalin karena terlalu seringnya berkumpul dalam suatu wadah seni yang sama.



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Kabuki adalah teater Jepang yang menggabungkan karakter lagu, tari dan aksi tindakan yang diwariskan secara turun-temurun dari bapak ke anak lelaki dalam suatu keluarga. Keunikan dari teater Kabuki yaitu dilihat dari unsur musik pengiringnya, dalam seni teater kabuki ini menggunakan beberapa macam instrumen musik sebagai pengiring; unsur pemainnya, seperti yang sudah dijelaskan diawal pemeran seni teater kabuki saat ini semuanya adalah pria dewasa, namun dalam pertunjukkan ada beberapa pemain pria yang memerankan peran sebagai wanita; Keunikan selanjutnya yaitu pada panggung pementasan seni teater tradisional kabuki ini terdapat 6 bagian utama; Jika dilihat dari unsur penggunaan dialog, dalam seni teater tradisional kabuki ini fungsi dialog adalah untuk memperjelas serta mengekspresikan setiap adegan dengan jelas; kostum yang super-mewah, make-up yang mencolok (kumadori), serta penggunaan peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus di panggung. Make-up menonjolkan sifat dan suasana hati tokoh yang dibawakan aktor. Kategori nilai yang terkandung dalam Kabuki yaitu ada nilai estetik yang ditumbulkan karena pementasannya, nilai sosial yang menunjukan keharmonisan dalam seluruh pementasan Kabuki ini, nilai kepahlawanan ditunjukan dengan tema yang dibawakan, dan yang terakhir yaitu nilai cinta yang didasarkan atas unsur kekeluargaan yang terjalin karena berada dalam satu wadah seni.
B.     Saran
Kita sebagai penerus bangsa Indonesia mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari kepribadian bangsa seperti apa yang ada dalam makalah ini kebudayaan di Jepang sangat di jaga dan dilestarikan supaya tidak tergeser seiring berkembangnya IPTEK.





DAFTAR PUSTAKA

Sudarsih, Sri. Tth. E-Jurnal Nilai-Nilai dalam Kabuki di Jepang. Diambil dari: file:///C:/Users/User/Downloads/15462-37305-1-PB.pdf




Triana, Tantri. 2015. KABUKI : KESENIAN TEATER KHAS NEGARA TIRAI BAMBU. Diambil dari: http://kumpulan-jurnal-keren.blogspot.co.id/2015/01/jurnal-tentang-kabuki_5.html


Chuumon, Nakama no. 2017. Uniknya Budaya Jepang Kabuki: Tarian atau Seni Teater. Diambil dari: http://uniknyajepang.blogspot.co.id/2017/02/uniknya-budaya-jepang-kabuki-tarian.html





Tidak ada komentar:

Posting Komentar